Selasa, 16 April 2013

Validitas


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Validitas.
Validitas adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Beberapa kriteria dapat dipilih untuk menunjukkan keefektifan terhadap peramalan penampilan yang akan datang, kriteria yang lain untuk menunjukkan status yang muncul, kriteria yang lain lagi untuk menimbulkan sifat-sifat yang representatif dari luasnya isi atau tingkah laku, dan kriteria yang lain lagi untuk melengkapi penyediaan data untuk menunjang atau menolak beberapa teori psikologis.
Peran validitas dalam evaluasi sangatlah penting, teknik evaluasi dapat dikatakan mempunyai tingkat kevalidan yang tinggi apabila teknik evaluasi atau tes tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur, atau seperti yang dikatakan oleh Cronbach : “how well a test or evaluative technique does the job that it is employed to do.” Validitas merupakan cirri yang relative terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat tes. Teknik yang sama dapat digunakan,akan tetapi dengan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu,validitas harus ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dengan alat evaluasi tersebut.
B.     Macam-macam Validitas.
Didalam buku Enchyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan : “A test is valid if it measures what it purpose to measure.”[1]
Apabila diartikan pendapat diatas adalah sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dalam bahasa Indonesia “valid” dapat diartikan “shahih”.
Validitas tes dapat diketahui dari hasilpemikiran dan pengalaman, di sini ada dua macam validitas,  yang pertama yaitu validitas logis dan yang kedua validitas empiris.
1.      Validitas logis
Istilah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika yaitu penalaran. Maka validitas logis adalah untuk sebuah instrument evaluasi yang menunjuk pada kondisi suatu instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu :
a)      Validitas isi
Validitas isi untuk sebuah instrumen menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi pelajaran yang dievaluasi.
b)      Validitas konstrak
Validitas konstrak sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.[2]
2.      Validitas empiris
Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh berdasarkan pengalaman, atau bisa dikatakan validitas empiris mempunyai instrument yang kuat apabila dapat diuji berdasarkan pengalaman. Contohnya, orang dapat dikatakan kreatif apabila sering mengeluarkan ide-ide bagus untuk kemajuan bersama. Dari penjelasan contoh terebut, validitas empiris tidak hanya didasarkan pada instrumen yang telah ditetapkan, akan tetapi juga perlu pengalaman atau bukti nyata.
Ada dua kriterium yang digunakan untuk membandingkan kondisi instrument, yaitu : yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi dalam waktu yang akan datang. Kriterium yang akan digunakan dan memenuhi kriterium yang sudah tersedia disebut dengan validitas sekarang atau concurrent validity, akan tetapi instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi disebut dengan predictive validity.
Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah sebagai validitas sebagai berikut :[3]
a.)    Validitas isi (content validity)
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas isi, apabila dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan degan cara merinci materi kurikulum atau buku pelajaran.
b.)    Validitas konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai validitas konstruksi apabila butir-butir soalyang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
c.)    Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini sering dikenal dengan validitas empiris, sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila memilki kesesuaian dengan pengalaman. Jika kita menemukan kata “sesuai” maka ada dua hal yang dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent)
Contonhnya : seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum,untukitu diperlukan kriteriu pada waktu lampau contohnya hasil ulangan harian atau mingguan pada waktu lalu.
d.)   Validitas prediksi (predictive validity)
Prediksi yaitu memperkirakan atau meramal mengenai hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas prediksi (predictive validity) atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengenai hal yang sama.[4]
Misalnya tes masuk perguruan tinggi, tes ini diprediksikan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan dapat mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai peserta tes tinggi, maka dapat menjamin keberhasilanna kelak. Akan tetapi, jika nilai peserta tes rendah, maka tidak dijamin keberhasilannya kelak.

C.    Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur.
Teknik  yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam,yaitu :
a.       Korelasi product moment dengan simpangan.
Rumus korelasi product moment dengan simpangan.
Dimana :
Rxy : koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua variabelyang      dikorelasikan (x= X-X dan y= Y -Y)
xy : jumlah perkalian x dan y
x2 : kuadrat dari x
y2 : kuadrat dari y

TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESTASI BAHASA ARAB
No.
Nama
X
Y
X
Y
X2
Y2
XY
1.
Nadia
6,5
6,3
0
-0,1
0,0
0,01
0,0
2.
Susi
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
3.
Ahmad
7,5
7,2
+1,0
+0,8
1,0
0,64
+0,8
4.
Dani
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
5.
Jauhar
6
7
-0,5
+0,6
0,25
0,36
-0,3
6.
Imtiyazah
6
6,2
-0,5
-0,2
0,25
0,04
+0,1
7.
Syarifah
5,5
5,1
-0,1
-1,3
1,0
1,69
+1,3
8.
Harun
6,5
6
0
-0,4
0,0
0,16
0,0
9.
Yahya
7
6,5
+0,5
+0,1
0,25
0,01
+0,05
10
Jihad
6
5,9
-0,5
-0,6
0,25
0,36
+0,3

Jumlah
65,0
63,8



3,59
2,65

Keterangan :
X : nilai rata-rata nilai ulangan
Y : nilai rata-rata harian
Xrata-rata  : jumlah x keseluruhan dibagi jumlah siswa : 65/10 : 6,5
Yrata-rata  : jumlah y keseluruhan dibagi jumlah siswa :63,8/10 : 6,38 dibulatkan 6,4
Untuk mencari tau hasil X atau Y dikolom 5 dan 6 yaitu dengan cara X : X- Xrata-rata, untuk mencari Y juga sama dengan mencari X.
Setelah sema data pada table sudah terlengkapi. maka, hasil yang didapatkan pada tabel dimasukkan pada rumus product moment.
b.      Korelasi product moment dengan angka kasar.
Dimana : rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y,dua variabel yang dikorelasikan.
Dengan menggunakan data pada tabel diatas, akan tetapi dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment kasar, sebagai berikut :
No
Nama
X
Y
X2
Y2
XY
1.
Nadia
6,2
6,3
42,25
39,69
40,95
2.
Susi
7
6,8
49
46,24
47,6
3.
Ahmad
7,5
7,2
56,25
51,84
54,0
4.
Dani
7
6,8
49
46,24
47,6
5.
Jauhar
6
7
36
49
42
6.
Imtiyazah
6
6,2
36
38,44
37,2
7.
Syarifah
5,5
5,1
30,25
26,01
28,05
8.
Harun
6,5
6
42,25
45,5
39
9.
Yahyah
7
6,5
49
36
45,5
10.
Jihad
6
5,9
36
34,81
35,4

Jumlah
65,5
63,8
426,0
410,52
417,3






Setelah data sudah terpenuhi, maka dimasukkan dalam rumus :
Apabila ada sedikit perbedaan, misalnya 0,003. Maka, dapat dibulatkan sehingga hasilnya sama. Kemudian untuk memperjelas pengertian diatas dapat disampaikan keterangan sebagai berikut :
1.      Korelasi positif
Korelasi positif adalah apabila adanya hubungan sejajar antara dua hal, misalnya hal pertama naik, maka hal keua juga ikut naik.
Contoh :
Nahwu  : 2, 3, 5, 7, 4, 3, 2,
Shorof   : 4, 5, 6, 8, 5, 4, 3
2.      Korelasi negatif
Adalah apabila adanya hubungan kebalikan dengan korelasi positif.
Contoh :
Nahwu : 5, 6, 8, 4, 3, 2
Shorof : 8, 7, 5, 1, 2, 3
3.      Korelasi 0 (tidaktertentu)
Korelasi 0 ini adalah karena tidak ada kesesuaian diantara keduanya, atau bisa dikatakan tidak menentu.
Contoh korelasi tidak tertentu :
Nahwu : 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7
Shorof : 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4
Korelasi tersebut kalau dihitung dengan rumus korelasi mungkin hasilnya akan positif atau negatif.
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00, namun karena dalam menghitung sering dilakukan embulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:[5]
1.Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
2.Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
3.Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
4.Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
5.Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara, yaitu :
1.      Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup, dan sebagainya.
2.      Dengan berkonsultasi ke table harga kritik product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari  harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan,begitu juga sebaliknya.[6]
D.    Validitas Butir Soal atau Validitas Item.
1.      Pengertian validitas item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketetapan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Apabila kita mau memperhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil belajar yang di buat atau disusun oleh para pengajar, baik guru, dosen dan staf pengajar lainnya, sebenarnya adalah merupakan kumpulan dari sekian banyak butir-butir item; dengan item mana para penyusun tes ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit butir-butit item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.
Persoalan tentang validitas item itu kiranya tidak terlalu mendesak untuk ditangani, kalau saja berdasarkan uji validitas ternyata bahwa tes hasil belajar yang dibuat oleh guru, dosen atau staf pengajar lainnya ternyata telah memiliki validitas tes yang tinggi, sehingga tes hasil belajar itu sebagai totalitas sudah dapat dikatakan handal dan tidak perlu diragukan ketepatan mengukurnya. Namun persoalan akan segera muncul, jika setelah dilakukan uji validitas tes terhadap tes yang dijadikan alat pengukur itu ternyata menghasilkan kesimpulan bahwa tes hasil belajar itu validitasnya sangat rendah, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori tes hasil belajar yang invailid. Munculnya persoalan yang disebutkan terakhir itu sudah seharusnya mendapatkan antisipasi atau respon dari penyusun tes. Para penyusun tes harus cukup tanggap, bahwa rendahnya validitas tes itu merupakan salah satu indikator bahwa dalam tes hasil belajar yang mereka susun itu “telah terjadi hal-hal yang tidak beres”, sehingga mereka perlu melakukan tindakan “mawas diri”.
2.      Teknik pengujian validitas item tes hasil belajar
Dari uraian panjang lebar yang telah dikemukakan di atas, kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan vailid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variable). Kalau demikian, maka untuk sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid ataukah tidak kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Persoalan berikutnya ialah, memilih dan menentukan jenis teknik korelasi yang dipandang tepat untuk digunakan dalam rangka uji validitas item itu. Seperti diketahui, pada tes obyektif maka hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikaan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini, yaitu: betul-salah, ya-tidak atau yang sejenis dengan itu, dalam dunia ilmu statistik dikenal dengan nama data diskret murni atau deata dikotomik. Sedangkan skor total yang dimiliki oleh masing-masing individu testee adalah merupakan hasil penjumlahan dari setiap skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1 + 1 + 0 + 0 + 1 = 6) itu adalah merupakan data kontinyu.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret murni atau data dikotomik, sedangkan variabel II berupa data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II itu adalah teknik korelasi point biserial, dimana angka indeks korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
 
Di mana:
Rpbi = Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien Validitas Item.
Mp   = Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt    = Skor rata-rata dari skor total.
SDt  = Deviasi standar dari skor total.
P     = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
Q    = Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
Contoh:
Misalnya 20 orang testee dihadapkan pada tes obyektif bentuk Multiple Choice Item yang mehidangkan 10 butir item, di mana untuk setiap item yang dijawab betul diberi skor 1, sedangkan untuk setiap butir item yang di jawab salah di beri skor 0.
Setelah tes berakhir, dilakukan koreksi dan dihitung skornya, diperoleh data hasil tes sebagaimana tertera pada Tabel 5.5. berikut ini.
TABEL 5.5.  penyebaran skor hasil tes yang diikuti oleh 20 orang testee, dengan menyajikan 10 butir item bentuk multiple choice item.


Testee

Skor untuk butir item nomor:

Skor Total
(Xt)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
3
7
6
10
7
3
8
9
5
10
6
5
4
7
8
5
9
6
8
4
20=N
10
12
10
14
13
15
12
16
12
16
130 =

3.      Tes terstandar sebagai kriterium dalam menentukan validitas.
Tes terstandar adalah tes yang sudah diteskan berkali-kali sehingga dapat dijamin kebaikannya.[7] Tes tersetndar memiliki ciri-ciri antaralain : sudah dicobakan berapa kali dan dimana, berapa koefisien validitas, relialibilitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan lain-lain keterangan yang dianggap perlu. Adapun cara yang dipakaiuntuk menghitung validitas ini adalah menggunakan tes terstandar sebagaikriterium dengan mengalikan koefisien validitas yang diperoleh dengan koefisien validitas tes terstandar terebut.
Contoh table perhitungan :

TABEL PERSIAPAN PERHITUNGAN VALIDITAS TES BAHASA ARAB DENGAN KRITERIUM TES TERSTANDAR BAHASA ARAB.

No.
Nama
X
y
X2
Y2
xy
Keterangan
1.
Ahmad
5
7
25
49
35
X : hasil tes bahasa arab yang dicari validitasnya
Y : hasil tes standar
2.
Muhammad
6
6
36
36
36
3.
Aisyah
5
6
25
36
30
4.
Fatimah
6
7
36
49
42
5.
Ummu salamah
7
7
49
49
49
6.
Hasan
6
5
36
30
30

Kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi  product moment dengan angka kasar sebagai berikut :
Rxy :N                                    
     
Rxy : 6 22-35 38                                   
     
Rxy : 1332-1330                            
     
Rxy : 2        = 2      = 2       =0,108
           18,439
Jika tes terstandar diketahui bahwa validitasnya 0,89 maka bilangan 0,108 ini belum merupakan validitas soal matematika yang dicari. Validitas tersebut harus dikalikan dengan 0,89 yang hasilnya 0,108  0,89 = 0, 096.
4.      Validitas faktor.
Fungsi dari validitas faktor ini adalah untuk mengetahui kevalidan dari pokok-pokok bahasan atau materi. Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan yang mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan satu kesatuan.
Pengertian validitas faktor adalah sebagai berikut :butir-butir soal dalam faktor dikatakan apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap soal-soal secara keseluruhan. Sebagai tanda bahwa butir-butir faktor tersebut mrnunjukkan adanya kesejajaran dengan skor total.
Contoh : guru akan mengevaluasi penguasaan siswa untuk tiga pokok bahasan,yaitu : nahwu shorof, sinonim (murodif) dan antonim (mudzod). Untuk keperluan ini guru tersebut membuat 30 butir soal, untuk nahwu shorof 15 butir, sinonim (murodif) 8 butir dan antonim (mudzod) 7 butir soal.
Untuk mengetahui kesejajaran soal digunakan rumus korelasi product moment, akan tetapi disajikan dalam bentuk table seperti berikut.

TABEL UNTUK MENGHITUNG KESEJAJARAN SKOR FAKTOR 1 DENGAN SKOR TOTAL.

Nama subjek
Skor faktor (x)
Skor total (y)
X2
Y2
xy
Amir
11
24
121
576
264
Hasan
13
25
169
625
325
Ninda
12
23
144
529
276
Warih
11
19
121
361
209
Irzal
11
20
121
400
220
Gandi
10
22
100
484
220
Santo
10
22
100
484
220
Tini
11
20
121
400
220
Yanti
10
21
100
441
210
Hamid
11
20
121
400
220
Dedi
10
23
100
529
230
Desi
12
22
144
484
264
wahyu
8
20
64
400
160
Jumlah
140
281
1526
6113
3038

Data yang terteradi dalam tabel tersebut digunakan untuk menentukan besarnya validitas faktor 1, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan setiap kolom, kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment.harga r yang diperoleh yaituhasildari faktor1, untuk faktor 2 dan 3 caranya sama,hanya sekor faktornya saja yang diganti.


[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012),h.80
[2] S. Eko Putro widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h.129
[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012),h.80
[4] S. Eko Putro Widyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h.133
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012),h88-89
[6] Ibid, h.89
[7] Ibid, h.94

Tidak ada komentar:

Posting Komentar