BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Validitas.
Validitas adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu
pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah
laku. Beberapa kriteria dapat dipilih untuk menunjukkan keefektifan terhadap
peramalan penampilan yang akan datang, kriteria yang lain untuk menunjukkan
status yang muncul, kriteria yang lain lagi untuk menimbulkan sifat-sifat yang
representatif dari luasnya isi atau tingkah laku, dan kriteria yang lain lagi
untuk melengkapi penyediaan data untuk menunjang atau menolak beberapa teori
psikologis.
Peran validitas dalam evaluasi sangatlah penting, teknik evaluasi
dapat dikatakan mempunyai tingkat kevalidan yang tinggi apabila teknik evaluasi
atau tes tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur, atau seperti
yang dikatakan oleh Cronbach : “how well a test or evaluative
technique does the job that it is employed to do.” Validitas merupakan
cirri yang relative terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat tes.
Teknik yang sama dapat digunakan,akan tetapi dengan tujuan yang berbeda. Oleh
karena itu,validitas harus ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai dengan alat evaluasi tersebut.
B.
Macam-macam Validitas.
Didalam buku Enchyclopedia of Educational Evaluation yang
ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan : “A test is
valid if it measures what it purpose to measure.”[1]
Apabila diartikan pendapat diatas adalah sebuah tes dapat dikatakan
valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dalam bahasa
Indonesia “valid” dapat diartikan “shahih”.
Validitas tes dapat diketahui dari hasilpemikiran dan pengalaman, di
sini ada dua macam validitas, yang
pertama yaitu validitas logis dan yang kedua validitas empiris.
1.
Validitas
logis
Istilah validitas logis mengandung
kata logis yang berasal dari kata logika yaitu penalaran. Maka validitas
logis adalah untuk sebuah instrument evaluasi yang menunjuk pada kondisi suatu
instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Ada dua macam validitas logis yang
dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu :
a)
Validitas
isi
Validitas isi untuk sebuah instrumen menunjuk pada kondisi sebuah
instrumen yang disusun berdasarkan isi pelajaran yang dievaluasi.
b)
Validitas
konstrak
Validitas konstrak sebuah instrumen yang disusun berdasarkan
konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.[2]
2.
Validitas
empiris
Validitas empiris adalah validitas
yang diperoleh berdasarkan pengalaman, atau bisa dikatakan validitas empiris
mempunyai instrument yang kuat apabila dapat diuji berdasarkan pengalaman.
Contohnya, orang dapat dikatakan kreatif apabila sering mengeluarkan ide-ide
bagus untuk kemajuan bersama. Dari penjelasan contoh terebut, validitas empiris
tidak hanya didasarkan pada instrumen yang telah ditetapkan, akan tetapi juga
perlu pengalaman atau bukti nyata.
Ada dua kriterium yang digunakan
untuk membandingkan kondisi instrument, yaitu : yang sudah tersedia dan yang
belum ada tetapi akan terjadi dalam waktu yang akan datang. Kriterium yang akan
digunakan dan memenuhi kriterium yang sudah tersedia disebut dengan validitas
sekarang atau concurrent validity, akan tetapi instrument yang
kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi disebut dengan predictive
validity.
Adapun penjelasan masing-masing
validitas adalah sebagai validitas sebagai berikut :[3]
a.)
Validitas
isi (content validity)
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas isi, apabila dapat
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat
penyusunan degan cara merinci materi kurikulum atau buku pelajaran.
b.)
Validitas
konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai validitas konstruksi apabila
butir-butir soalyang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain
jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan
aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
c.)
Validitas
“ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini sering dikenal dengan validitas empiris, sebuah tes
dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila memilki kesesuaian dengan
pengalaman. Jika kita menemukan kata “sesuai” maka ada dua hal yang dipasangkan
dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau
sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent)
Contonhnya : seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang
disusun sudah valid atau belum,untukitu diperlukan kriteriu pada waktu lampau
contohnya hasil ulangan harian atau mingguan pada waktu lalu.
d.)
Validitas
prediksi (predictive validity)
Prediksi yaitu memperkirakan atau meramal mengenai hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah
instrument dapat dikatakan memiliki validitas prediksi (predictive validity)
atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengenai
hal yang sama.[4]
Misalnya tes masuk perguruan tinggi, tes ini diprediksikan mampu
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan
datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan dapat mencerminkan
tinggi rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai peserta tes tinggi,
maka dapat menjamin keberhasilanna kelak. Akan tetapi, jika nilai peserta tes
rendah, maka tidak dijamin keberhasilannya kelak.
C.
Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur.
Teknik yang digunakan untuk
mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam,yaitu :
a.
Korelasi
product moment dengan simpangan.
Rumus
korelasi product moment dengan simpangan.
Dimana
:
Rxy
: koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua
variabelyang dikorelasikan (x= X-X
dan y= Y -Y)
xy : jumlah perkalian x dan y
x2
: kuadrat dari x
y2
: kuadrat dari y
TABEL
PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESTASI BAHASA ARAB
No.
|
Nama
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1.
|
Nadia
|
6,5
|
6,3
|
0
|
-0,1
|
0,0
|
0,01
|
0,0
|
2.
|
Susi
|
7
|
6,8
|
+0,5
|
+0,4
|
0,25
|
0,16
|
+0,2
|
3.
|
Ahmad
|
7,5
|
7,2
|
+1,0
|
+0,8
|
1,0
|
0,64
|
+0,8
|
4.
|
Dani
|
7
|
6,8
|
+0,5
|
+0,4
|
0,25
|
0,16
|
+0,2
|
5.
|
Jauhar
|
6
|
7
|
-0,5
|
+0,6
|
0,25
|
0,36
|
-0,3
|
6.
|
Imtiyazah
|
6
|
6,2
|
-0,5
|
-0,2
|
0,25
|
0,04
|
+0,1
|
7.
|
Syarifah
|
5,5
|
5,1
|
-0,1
|
-1,3
|
1,0
|
1,69
|
+1,3
|
8.
|
Harun
|
6,5
|
6
|
0
|
-0,4
|
0,0
|
0,16
|
0,0
|
9.
|
Yahya
|
7
|
6,5
|
+0,5
|
+0,1
|
0,25
|
0,01
|
+0,05
|
10
|
Jihad
|
6
|
5,9
|
-0,5
|
-0,6
|
0,25
|
0,36
|
+0,3
|
Jumlah
|
65,0
|
63,8
|
3,59
|
2,65
|
Keterangan
:
X :
nilai rata-rata nilai ulangan
Y :
nilai rata-rata harian
Xrata-rata
: jumlah x keseluruhan dibagi
jumlah siswa : 65/10 : 6,5
Yrata-rata
: jumlah y keseluruhan dibagi
jumlah siswa :63,8/10 : 6,38 dibulatkan 6,4
Untuk
mencari tau hasil X atau Y dikolom 5 dan 6 yaitu dengan cara X : X- Xrata-rata,
untuk mencari Y juga sama dengan mencari X.
Setelah
sema data pada table sudah terlengkapi. maka, hasil yang didapatkan pada tabel
dimasukkan pada rumus product moment.
b.
Korelasi
product moment dengan angka kasar.
Dimana
: rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y,dua variabel yang
dikorelasikan.
Dengan menggunakan data pada tabel diatas, akan tetapi
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment kasar, sebagai
berikut :
No
|
Nama
|
X
|
Y
|
X2
|
Y2
|
XY
|
1.
|
Nadia
|
6,2
|
6,3
|
42,25
|
39,69
|
40,95
|
2.
|
Susi
|
7
|
6,8
|
49
|
46,24
|
47,6
|
3.
|
Ahmad
|
7,5
|
7,2
|
56,25
|
51,84
|
54,0
|
4.
|
Dani
|
7
|
6,8
|
49
|
46,24
|
47,6
|
5.
|
Jauhar
|
6
|
7
|
36
|
49
|
42
|
6.
|
Imtiyazah
|
6
|
6,2
|
36
|
38,44
|
37,2
|
7.
|
Syarifah
|
5,5
|
5,1
|
30,25
|
26,01
|
28,05
|
8.
|
Harun
|
6,5
|
6
|
42,25
|
45,5
|
39
|
9.
|
Yahyah
|
7
|
6,5
|
49
|
36
|
45,5
|
10.
|
Jihad
|
6
|
5,9
|
36
|
34,81
|
35,4
|
Jumlah
|
65,5
|
63,8
|
426,0
|
410,52
|
417,3
|
Setelah
data sudah terpenuhi, maka dimasukkan dalam rumus :
Apabila ada sedikit perbedaan, misalnya 0,003. Maka, dapat
dibulatkan sehingga hasilnya sama. Kemudian untuk memperjelas pengertian diatas
dapat disampaikan keterangan sebagai berikut :
1.
Korelasi
positif
Korelasi
positif adalah apabila adanya hubungan sejajar antara dua hal, misalnya hal
pertama naik, maka hal keua juga ikut naik.
Contoh
:
Nahwu : 2, 3, 5, 7, 4, 3, 2,
Shorof : 4, 5, 6, 8, 5, 4, 3
2.
Korelasi
negatif
Adalah
apabila adanya hubungan kebalikan dengan korelasi positif.
Contoh
:
Nahwu
: 5, 6, 8, 4, 3, 2
Shorof
: 8, 7, 5, 1, 2, 3
3.
Korelasi
0 (tidaktertentu)
Korelasi
0 ini adalah karena tidak ada kesesuaian diantara keduanya, atau bisa dikatakan
tidak menentu.
Contoh
korelasi tidak tertentu :
Nahwu
: 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7
Shorof
: 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4
Korelasi
tersebut kalau dihitung dengan rumus korelasi mungkin hasilnya akan positif
atau negatif.
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00, namun
karena dalam menghitung sering dilakukan embulatan angka-angka, sangat mungkin
diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya
kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk
mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:[5]
1.Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
2.Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
3.Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
4.Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
5.Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Penafsiran
harga koefisien korelasi ada dua cara, yaitu :
1.
Dengan
melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup,
dan sebagainya.
2.
Dengan
berkonsultasi ke table harga kritik product moment sehingga dapat
diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih
kecil dari harga kritik dalam tabel,
maka korelasi tersebut tidak signifikan,begitu juga sebaliknya.[6]
D.
Validitas Butir Soal atau Validitas Item.
1.
Pengertian
validitas item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketetapan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tes sebagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut.
Apabila kita mau memperhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil
belajar yang di buat atau disusun oleh para pengajar, baik guru, dosen dan staf
pengajar lainnya, sebenarnya adalah merupakan kumpulan dari sekian banyak
butir-butir item; dengan item mana para penyusun tes ingin mengukur atau
mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta
didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai
suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak
butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor
total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit
butir-butit item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor
total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.
Persoalan tentang validitas item itu kiranya tidak terlalu mendesak
untuk ditangani, kalau saja berdasarkan uji validitas ternyata bahwa tes hasil
belajar yang dibuat oleh guru, dosen atau staf pengajar lainnya ternyata telah
memiliki validitas tes yang tinggi, sehingga tes hasil belajar itu sebagai
totalitas sudah dapat dikatakan handal dan tidak perlu diragukan ketepatan
mengukurnya. Namun persoalan akan segera muncul, jika setelah dilakukan uji
validitas tes terhadap tes yang dijadikan alat pengukur itu ternyata
menghasilkan kesimpulan bahwa tes hasil belajar itu validitasnya sangat rendah,
sehingga dapat dimasukkan dalam kategori tes hasil belajar yang invailid. Munculnya
persoalan yang disebutkan terakhir itu sudah seharusnya mendapatkan antisipasi
atau respon dari penyusun tes. Para penyusun tes harus cukup tanggap, bahwa
rendahnya validitas tes itu merupakan salah satu indikator bahwa dalam tes
hasil belajar yang mereka susun itu “telah terjadi hal-hal yang tidak beres”,
sehingga mereka perlu melakukan tindakan “mawas diri”.
2.
Teknik
pengujian validitas item tes hasil belajar
Dari uraian panjang lebar yang telah dikemukakan di atas, kiranya
menjadi cukup jelas bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas
yang tinggi atau dapat dinyatakan vailid, jika skor-skor pada butir item yang
bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya;
atau dengan bahasa statistik: ada korelasi positif yang signifikan antara skor
item dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel
terikat (dependent variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel
bebasnya (independent variable). Kalau demikian, maka untuk sampai pada
kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid
ataukah tidak kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik
analisisnya. Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang
bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor
totalnya.
Persoalan berikutnya ialah, memilih dan menentukan jenis teknik
korelasi yang dipandang tepat untuk digunakan dalam rangka uji validitas item
itu. Seperti diketahui, pada tes obyektif maka hanya ada dua kemungkinan
jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul
umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikaan
skor 0 (nol). Jenis data seperti ini, yaitu: betul-salah, ya-tidak atau yang
sejenis dengan itu, dalam dunia ilmu statistik dikenal dengan nama data diskret
murni atau deata dikotomik. Sedangkan skor total yang dimiliki oleh
masing-masing individu testee adalah merupakan hasil penjumlahan dari setiap
skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1 + 0 + 1 +
0 + 1 + 1 + 0 + 0 + 1 = 6) itu adalah merupakan data kontinyu.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret
murni atau data dikotomik, sedangkan variabel II berupa data kontinyu, maka
teknik korelasi yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara
variabel I dengan variabel II itu adalah teknik korelasi point biserial, dimana
angka indeks korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
Di mana:
Rpbi = Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan
korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap
sebagai koefisien Validitas Item.
Mp
= Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir
item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt
= Skor rata-rata dari skor total.
SDt
= Deviasi standar dari skor total.
P = Proporsi testee yang
menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
Q = Proporsi testee yang
menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
Contoh:
Misalnya 20 orang testee dihadapkan pada tes obyektif bentuk
Multiple Choice Item yang mehidangkan 10 butir item, di mana untuk setiap item
yang dijawab betul diberi skor 1, sedangkan untuk setiap butir item yang di
jawab salah di beri skor 0.
Setelah tes berakhir, dilakukan koreksi dan dihitung skornya,
diperoleh data hasil tes sebagaimana tertera pada Tabel 5.5. berikut ini.
TABEL 5.5. penyebaran
skor hasil tes yang diikuti oleh 20 orang testee, dengan
menyajikan 10 butir item bentuk multiple choice item.
Testee
|
Skor
untuk butir item nomor:
|
Skor
Total
(Xt)
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
|
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
|
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
|
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
|
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
|
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
|
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
|
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
|
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
|
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
|
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
|
3
7
6
10
7
3
8
9
5
10
6
5
4
7
8
5
9
6
8
4
|
20=N
|
10
|
12
|
10
|
14
|
13
|
15
|
12
|
16
|
12
|
16
|
130 =
|
3.
Tes
terstandar sebagai kriterium dalam menentukan validitas.
Tes terstandar adalah tes yang sudah diteskan berkali-kali sehingga
dapat dijamin kebaikannya.[7]
Tes tersetndar memiliki ciri-ciri antaralain : sudah dicobakan berapa kali dan
dimana, berapa koefisien validitas, relialibilitas, taraf kesukaran, daya
pembeda dan lain-lain keterangan yang dianggap perlu. Adapun cara yang
dipakaiuntuk menghitung validitas ini adalah menggunakan tes terstandar
sebagaikriterium dengan mengalikan koefisien validitas yang diperoleh dengan
koefisien validitas tes terstandar terebut.
Contoh table perhitungan :
TABEL
PERSIAPAN PERHITUNGAN VALIDITAS TES BAHASA ARAB DENGAN KRITERIUM TES TERSTANDAR
BAHASA ARAB.
No.
|
Nama
|
X
|
y
|
X2
|
Y2
|
xy
|
Keterangan
|
1.
|
Ahmad
|
5
|
7
|
25
|
49
|
35
|
X : hasil tes bahasa arab yang dicari validitasnya
Y : hasil tes standar
|
2.
|
Muhammad
|
6
|
6
|
36
|
36
|
36
|
|
3.
|
Aisyah
|
5
|
6
|
25
|
36
|
30
|
|
4.
|
Fatimah
|
6
|
7
|
36
|
49
|
42
|
|
5.
|
Ummu salamah
|
7
|
7
|
49
|
49
|
49
|
|
6.
|
Hasan
|
6
|
5
|
36
|
30
|
30
|
Kemudian
dimasukkan kedalam rumus korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut :
Rxy
:N
Rxy
: 6
22-35
38
Rxy
: 1332-1330
Rxy
: 2 = 2 = 2 =0,108
18,439
Jika tes terstandar diketahui bahwa validitasnya 0,89 maka bilangan
0,108 ini belum merupakan validitas soal matematika yang dicari. Validitas
tersebut harus dikalikan dengan 0,89 yang hasilnya 0,108
0,89 = 0, 096.
4.
Validitas
faktor.
Fungsi dari validitas faktor ini adalah untuk mengetahui kevalidan
dari pokok-pokok bahasan atau materi. Setiap keseluruhan materi pelajaran
terdiri dari pokok-pokok bahasan yang mungkin sekelompok pokok bahasan yang
merupakan satu kesatuan.
Pengertian validitas faktor adalah sebagai berikut :butir-butir
soal dalam faktor dikatakan apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap
soal-soal secara keseluruhan. Sebagai tanda bahwa butir-butir faktor tersebut
mrnunjukkan adanya kesejajaran dengan skor total.
Contoh : guru akan mengevaluasi penguasaan siswa untuk tiga pokok
bahasan,yaitu : nahwu shorof, sinonim (murodif) dan antonim (mudzod).
Untuk keperluan ini guru tersebut membuat 30 butir soal, untuk nahwu shorof 15
butir, sinonim (murodif) 8 butir dan antonim (mudzod) 7 butir
soal.
Untuk mengetahui kesejajaran soal digunakan rumus korelasi product
moment, akan tetapi disajikan dalam bentuk table seperti berikut.
TABEL
UNTUK MENGHITUNG KESEJAJARAN SKOR FAKTOR 1 DENGAN SKOR TOTAL.
Nama subjek
|
Skor faktor (x)
|
Skor total (y)
|
X2
|
Y2
|
xy
|
Amir
|
11
|
24
|
121
|
576
|
264
|
Hasan
|
13
|
25
|
169
|
625
|
325
|
Ninda
|
12
|
23
|
144
|
529
|
276
|
Warih
|
11
|
19
|
121
|
361
|
209
|
Irzal
|
11
|
20
|
121
|
400
|
220
|
Gandi
|
10
|
22
|
100
|
484
|
220
|
Santo
|
10
|
22
|
100
|
484
|
220
|
Tini
|
11
|
20
|
121
|
400
|
220
|
Yanti
|
10
|
21
|
100
|
441
|
210
|
Hamid
|
11
|
20
|
121
|
400
|
220
|
Dedi
|
10
|
23
|
100
|
529
|
230
|
Desi
|
12
|
22
|
144
|
484
|
264
|
wahyu
|
8
|
20
|
64
|
400
|
160
|
Jumlah
|
140
|
281
|
1526
|
6113
|
3038
|
Data
yang terteradi dalam tabel tersebut digunakan untuk menentukan besarnya
validitas faktor 1, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan setiap kolom,
kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment.harga r yang
diperoleh yaituhasildari faktor1, untuk faktor 2 dan 3 caranya sama,hanya sekor
faktornya saja yang diganti.
[1]
Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2012),h.80
[2] S. Eko Putro
widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2011), h.129
[3] Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2012),h.80
[4] S. Eko Putro
Widyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2011), h.133
[5] Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2012),h88-89
[6] Ibid, h.89
[7] Ibid, h.94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar