Senin, 22 April 2013

Media Pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1]

Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs mengatakan bahwa media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi.[2]
Anderson, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat berbeda dari peranan seorang guru biasa.[3]
Sedangkan menurut Sudarwan Danim, mendefinisikan media pengajaran sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.[4] Dengan demikian, terdapat perbedaan antara teknologi pengajaran dengan media pengajaran. Media pengajaran itu, banyak dan bervariasi, sedangkan teknologi pengajaran lebih menekankan pada pendekatkan teknologis dalam pengelolaan pendidikan. Teknologi pendidikan mengintegrasikan aspek manusia proses prosedur dan peralatan.
Dari beberapa definisi tentang media pembelajaran tersebut di atas, baik secara harfiah maupun dalam arti yang sesungguhnya, dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Husain al-Tobgy (2001), media pembelajaran adalah materi dan perangkat pendidikan yang membantu seorang guru dalam mengajar dengan cara khusus untuk menjelaskan ide atau konsep yang samar, atau untuk menjelaskan salah satu topik.[5]
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran atau (الوسائل التعليمية) digantikan dengan istilah-istilah sepeti alat pandang-dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (education technology), alat peraga (وسائل الايضاح), dan media penjelas (الوسائل التوضيحية).[6]
2.2 Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
            Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman  yang pernah dialami sebelumnya.
Menurut Bruner ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman proktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsusng membuat ‘simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokkan nya dengan ‘simpul’ pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannnya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
Levie & Levie (1975) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berturut-turut (sekuensial).
Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar), berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera lainnya.
Sementara itu Dale memperkirakan bahwa pemeroleh hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.[7] 
2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media bisual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengugahemosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.[8]
Adapun manfaat media pembelajaran lebih rinci menurut Ely (1979) adalah sebagai berikut:
a)      Meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan mempercepat rate of learning; membantu guru untuk menggunakan waktu belajar secara lebih baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, aktivitas guru lebih banyak difokuskan untuk meningkatkan kegairahan anak didik.
b)      Member kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil atau mengurrangi control guru yang tradisional dan kaku, memberikan kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya, memungkinkan mereka belajar menurut cara yang dikehendaki.
c)      Member dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan atau merencanakan program pengajara secara logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai pelengkap maupun sebagai terapan.
d)     Pengajaran dapat dilakukan secara mantap dikarenakan meningkatnya kemampuan manusia sejalan dengan pemanfaatan media komunikasi, informasi dan data dapat disajikan lebih kongkret dan rasional.
e)      Meningkatkan terwujudnya immediacy of learning karena media teknologi dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dengan kenyataan yang ada di dalam kelas, memberikan pengetahuan secara langsung.
f)       Memberikan penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media masa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan lebih luas peristiwa-peristiwa langkah,menyajikan informasi yang  tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.[9]
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:[10]
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4.      Siswa dapat lebih banyak melakukkan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.


[1] Arsyad Azhar, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), 3
[2] Fathurrohman, Teknologi dan Media Pembelajaran (Dakwah digital Press, 2008), 42
[3] Ronald, Pemilihan Pengembangan Media untuk Pembelajaran (Jakarta, 1983), 21
[4] Sudarwan, Media komunikasi Pendidikan (Semarang, 1992), 7
[5] Muhammad salim ahmad, وسائل وتكنولوجيا التعليم (Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 2010), 55
[6] Ibid Arsyad Azhar, 6
[7] Ibid, 7-10
[8] Ibid Arsyad Azhar, 16-17
[9] Ibid Fathurrohman, 51-52
[10] Sudjana dan Rivai Ahmad, Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1992), 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar