BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa
Arab, media adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.[1]
Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs mengatakan bahwa media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa
supaya proses belajar terjadi.[2]
Anderson, mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung
antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum
wajarlah bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat
berbeda dari peranan seorang guru biasa.[3]
Sedangkan menurut Sudarwan Danim, mendefinisikan media
pengajaran sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh
guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.[4]
Dengan demikian, terdapat perbedaan antara teknologi pengajaran dengan media
pengajaran. Media pengajaran itu, banyak dan bervariasi, sedangkan teknologi
pengajaran lebih menekankan pada pendekatkan teknologis dalam pengelolaan
pendidikan. Teknologi pendidikan mengintegrasikan aspek manusia proses prosedur
dan peralatan.
Dari beberapa
definisi tentang media pembelajaran tersebut di atas, baik secara harfiah
maupun dalam arti yang sesungguhnya, dapat disimpulkan media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Husain al-Tobgy (2001), media pembelajaran adalah materi dan perangkat pendidikan yang membantu
seorang guru dalam mengajar dengan cara khusus untuk menjelaskan ide atau
konsep yang samar, atau untuk menjelaskan salah satu topik.[5]
Dalam kegiatan
belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran atau (الوسائل التعليمية)
digantikan dengan istilah-istilah sepeti alat pandang-dengar, bahan pengajaran
(instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual
communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education),
teknologi pendidikan (education technology), alat peraga (وسائل الايضاح),
dan media penjelas (الوسائل التوضيحية).[6]
2.2 Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat
terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya.
Menurut Bruner ada
tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive),
pengalaman proktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami
dengan langsusng membuat ‘simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic
(artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan,
foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat
‘simpul’ mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto
atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca atau mendengar
kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokkan nya dengan ‘simpul’ pada image
mental atau mencocokkannya dengan pengalamannnya membuat ‘simpul’. Ketiga
tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman
(pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
Levie & Levie
(1975) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui
stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa
stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas
seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta
dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih
apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berturut-turut (sekuensial).
Belajar dengan
menggunakan indera ganda (pandang dan dengar), berdasarkan konsep di atas akan
memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika
materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan
stimulus dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera
dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil
belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh
melalui indera lainnya.
Sementara itu Dale
memperkirakan bahwa pemeroleh hasil belajar melalui indera pandang berkisar
75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar
12%.[7]
2.3 Fungsi dan
Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua
unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua
aspek ini saling berkaitan. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan
empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: (a) fungsi
atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media bisual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau
lambang visual dapat mengugahemosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah social atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks,
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali.[8]
Adapun manfaat media pembelajaran lebih
rinci menurut Ely (1979) adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan
mempercepat rate of learning; membantu guru untuk menggunakan waktu
belajar secara lebih baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,
aktivitas guru lebih banyak difokuskan untuk meningkatkan kegairahan anak
didik.
b) Member kemungkinan pendidikan yang
sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil atau mengurrangi control
guru yang tradisional dan kaku, memberikan kesempatan luas kepada anak untuk
berkembang menurut kemampuannya, memungkinkan mereka belajar menurut cara yang
dikehendaki.
c) Member dasar pengajaran yang lebih ilmiah
dengan jalan menyajikan atau merencanakan program pengajara secara logis dan
sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai
pelengkap maupun sebagai terapan.
d) Pengajaran dapat dilakukan secara mantap
dikarenakan meningkatnya kemampuan manusia sejalan dengan pemanfaatan media
komunikasi, informasi dan data dapat disajikan lebih kongkret dan rasional.
e) Meningkatkan terwujudnya immediacy of
learning karena media teknologi dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah
antara kenyataan di luar kelas dengan kenyataan yang ada di dalam kelas,
memberikan pengetahuan secara langsung.
f) Memberikan penyajian pendidikan lebih
luas, terutama melalui media masa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan
lebih luas peristiwa-peristiwa langkah,menyajikan informasi yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan
waktu.[9]
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:[10]
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai
dan mencapai tujuan pembelajaran;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru
mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. Siswa dapat lebih banyak melakukkan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar