Kamis, 09 Februari 2017

Rusaknya Generasi Islam dalam Bingkai Valentine



Rusaknya Generasi Islam
dalam bingkai Valentine
Amrina Rosyidah, S.Pd.I

 
Hasil gambar untuk say no to valentineSeiring dengan masuknya beragam gaya hidup dunia barat ke dalam Islam, perayaan Valentine yang diperingati pada tanggal 14 Februari mendapat sambutan cukup hangat, terutama dari kalangan Remaja, baik muslim maupun non muslim. Perayaan Valentine kemudian disamarkan dengan beragam bentuk dan dihiasi dengan nama “hari kasih sayang”. Biasanya mereka mengekspresikannya dengan saling bertukar bingkisan seperti coklat, boneka, bunga dan barang lainnya. Lebih dari itu, semarak valentine di warnai dengan saling mengungkapkan rasa cinta kepada lawan jenis secara berlebihan, bahkan dengan perzinahan. Dan tradisi itu sudah jamak kita lihat di kalangan remaja Barat, yang mungkin saja juga terjadi dikalangan remaja muslim-muslimah. Astaghfirullahal ‘adzim.

Berangkat dari pemahaman agama yang kurang mumpuni serta akidah yang kurang kuat dikalangan remaja inilah yang membuat hari valentine selalu
di minati sekaligus di nanti oleh kalangan remaja. Padahal sudah banyak himbauan dan stiker beredar dengan kata-kata yang cukup aktiv, misalnya berbunyi; ”Awas bahaya laten Valentene day’s”. Atau “Musibah Valentine day’s; Budaya zina berkedok kasih sayang”. Atau dengan kalimat peringatan; “Wahai remaja muslimah, jangan kau gadaikan kesucianmu dengan sebatang coklat”. Atau yang lebih ekstrim; “Tolak budaya kufur Valentine day’s”. Dan masih banyak himbauan lainnya, khususnya yang beredar di social media.  

Sejenak kita menilik perspektif historis dari Perayaan Valentine Day’s. Dalam berbagai versi historis, Valentine Day’s adalah bagian dari Syiar Agama Nasrani. Valentine sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti “Maha Perkasa, Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan Orang Romawi. Sejarawan menyebutkan bahwa titik awal Valentine day berasal dari era Yunani kuno, karena dalam pertengahan bulan Februari adalah hari penghormatan terhadap dewa mereka, yaitu Dewa Zeus dan Hera. Sebab  itulah, mengapa pada pertengahan februari selalu dirayakannya pesta pora memeriahkan hari kasih sayang para dewa mereka. Namun kata “Valentine Day” sendiri baru tersebutkan secara tertulis pada abad pertengahan (abad 14). Pada era itu, setiap tanggal 14 Februari pasangan-pasangan kekasih saling menukarkan catatan atau surat cinta, dan menyebut pasangannya sebagai “My Valentine”. 
Hasil gambar untuk say no to valentine 
Sungguh telah terjadi distorsi sejarah besar-besaran jika kita menengok budaya Valentine di masa sekarang ini. Valentine Day sekarang berubah wujudnya menjadi lebih identik dengan pergaulan bebas. Berawal dari maraknya pacaran, kencan, bergandengan tangan, berpelukan, cipika-cipiki hingga sampai kepada perzinahan, dan semua itu di bingkai dengan meng-atas-namakan Hari Kasih Sayang yang sejatinya bersifat semu. Na’udzu billahi min dzalik

Maka dari itu, kewaspadaan terhadap budaya barat yang masuk ke dalam islam harus menjadi perhatian yang serius di kalangan kita, khususnya para pendidik dan orang tua. Disamping itu, pemahaman para remaja terkait hal itu juga mutlak di lakukan. Hal ini tak lain bertujuan agar supaya generasi muda-mudi islam terselamatkan dari guratan kesesatan. Dengan demikian budaya-budaya barat yang negative dapat tersaring dengan sendirinya. 

Para pemuka agama juga turut berperan dalam hal ini, misalnya dengan memberikan pemahaman bahwa merayakan Valentine sama saja dengan kita ber-tasyabbuh (meniru) tradisi orang-orang Kafir dan islam sendiri melarangnya untuk itu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengingatkan: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Dari dalil ini Jelas sudah, Valentine adalah perayaan atau ritual Agama Nasrani, maka merayakannya berarti meniru mereka. 

Tasabbuh memang tidak secara mutlak di larang dalam syariat Islam, asal berkenaan dengan hal-hal positif dan diluar sangkut paut akidah. Namun Tasabbuh yang berkaitan langsung dengan akidah dan bisa merusak moral, maka sangat dilarang. Oleh sebab itu, jangan biarkan kebudayaan barat yang dikemas dengan VALENTINE DAY atau Hari kasih sayang merusak generasi muda Islam pada saat ini. Semoga Allah senantiasa memberikan Taufiq dan Hidayahnya kepada kita sekalian. Wallahu a’lam bisshowab.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar