Rusaknya Generasi Islam
dalam bingkai
Valentine
Amrina
Rosyidah, S.Pd.I
Seiring dengan masuknya beragam gaya hidup dunia
barat ke dalam Islam, perayaan Valentine yang diperingati pada tanggal 14
Februari mendapat sambutan cukup hangat, terutama dari kalangan Remaja, baik
muslim maupun non muslim. Perayaan Valentine kemudian disamarkan dengan beragam
bentuk dan dihiasi dengan nama “hari kasih sayang”. Biasanya mereka
mengekspresikannya dengan saling bertukar bingkisan seperti coklat, boneka, bunga
dan barang lainnya. Lebih dari itu, semarak valentine di warnai dengan saling
mengungkapkan rasa cinta kepada lawan jenis secara berlebihan, bahkan dengan
perzinahan. Dan tradisi itu sudah jamak kita lihat di kalangan remaja Barat,
yang mungkin saja juga terjadi dikalangan remaja muslim-muslimah. Astaghfirullahal
‘adzim.
Berangkat dari pemahaman agama yang kurang
mumpuni serta akidah yang kurang kuat dikalangan remaja inilah yang membuat
hari valentine selalu
di minati sekaligus di nanti oleh kalangan remaja. Padahal
sudah banyak himbauan dan stiker beredar dengan kata-kata yang cukup aktiv,
misalnya berbunyi; ”Awas bahaya laten
Valentene day’s”. Atau “Musibah
Valentine day’s; Budaya zina berkedok kasih sayang”. Atau dengan kalimat
peringatan; “Wahai remaja muslimah,
jangan kau gadaikan kesucianmu dengan sebatang coklat”. Atau yang lebih
ekstrim; “Tolak budaya kufur Valentine
day’s”. Dan masih banyak himbauan lainnya, khususnya yang beredar di social
media.
Sejenak kita menilik perspektif historis
dari Perayaan Valentine Day’s. Dalam berbagai versi historis, Valentine Day’s adalah
bagian dari Syiar Agama Nasrani. Valentine sendiri berasal dari bahasa Latin
yang berarti “Maha Perkasa, Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan
Lupercus, Tuhan Orang Romawi. Sejarawan menyebutkan bahwa titik awal Valentine
day berasal dari era Yunani kuno, karena dalam pertengahan bulan Februari
adalah hari penghormatan terhadap dewa mereka, yaitu Dewa Zeus dan Hera.
Sebab itulah, mengapa pada pertengahan
februari selalu dirayakannya pesta pora memeriahkan hari kasih sayang para dewa
mereka. Namun kata “Valentine Day” sendiri baru tersebutkan secara tertulis
pada abad pertengahan (abad 14). Pada era itu, setiap tanggal 14 Februari
pasangan-pasangan kekasih saling menukarkan catatan atau surat cinta, dan
menyebut pasangannya sebagai “My Valentine”.
Sungguh telah terjadi distorsi sejarah
besar-besaran jika kita menengok budaya Valentine di masa sekarang ini. Valentine
Day sekarang berubah wujudnya menjadi lebih identik dengan pergaulan bebas.
Berawal dari maraknya pacaran, kencan, bergandengan tangan, berpelukan,
cipika-cipiki hingga sampai kepada perzinahan, dan semua itu di bingkai dengan meng-atas-namakan
Hari Kasih Sayang yang sejatinya bersifat semu. Na’udzu billahi min dzalik.
Maka dari itu, kewaspadaan terhadap budaya
barat yang masuk ke dalam islam harus menjadi perhatian yang serius di kalangan
kita, khususnya para pendidik dan orang tua. Disamping itu, pemahaman para
remaja terkait hal itu juga mutlak di lakukan. Hal ini tak lain bertujuan agar
supaya generasi muda-mudi islam terselamatkan dari guratan kesesatan. Dengan demikian
budaya-budaya barat yang negative dapat tersaring dengan sendirinya.
Para pemuka agama juga turut berperan dalam
hal ini, misalnya dengan memberikan pemahaman bahwa merayakan Valentine sama
saja dengan kita ber-tasyabbuh (meniru)
tradisi orang-orang Kafir dan islam sendiri melarangnya untuk itu. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW mengingatkan: “Barang siapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Dari
dalil ini Jelas sudah, Valentine adalah perayaan atau ritual Agama Nasrani,
maka merayakannya berarti meniru mereka.
Tasabbuh memang tidak secara mutlak di larang dalam
syariat Islam, asal berkenaan dengan hal-hal positif dan diluar sangkut paut
akidah. Namun Tasabbuh yang berkaitan
langsung dengan akidah dan bisa merusak moral, maka sangat dilarang. Oleh sebab
itu, jangan biarkan kebudayaan barat yang dikemas dengan VALENTINE DAY atau Hari
kasih sayang merusak generasi muda Islam pada saat ini. Semoga Allah senantiasa
memberikan Taufiq dan Hidayahnya kepada kita sekalian. Wallahu a’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar