Selasa, 20 September 2016

MENJADIKAN TIDUR SEBAGAI IBADAH



            Tidur adalah aktivitas yang menyita banyak waktu. Pada umumnya, sepertiga waktu manusia dipergunakan untuk tidur. Alokasi waktunya lebih banyak dibanding bekerja, bermain, dan aktivitas ibadah. Mengenai hal ini, Al-Ghazali membuat hitung-hitungan sebagai berikut: “seandainya seseorang tidur selama 8 jam sehari, maka dalam usia 60 tahun, ia telah tidur selama kurang lebih 20 tahun. Sedangkan sisa usianya digunakan antara beribadah, bermain, melakukan kesia-siaan dan berbuat maksiat.
Tidur adalah tanda kebesaran Allah SWT dan nikmat yang dikaruniakan pada manusia. Dalam QS. Ar-Rum : 23 Allah berfirman:
   
"dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."

Dalam tidur terdapat beberapa manfaat. Diantaranya dapat menjaga kesehatan, menjernihkan pikiran. Begitu pula dengan tidur seseorang bisa bermimpi. Sedangkan mimpi adalah salah satu kebesaran Allah sekaligus tanda-tanda kenabian. Rosulullah SAW bersabda, “Tidak ada yang tersisa dari kenabian kecuali kabar baik. Dan kabar baik itu adalah mimpi yang baik.” (HR. Bukhori)

Adab-adab Tidur
            Dalam beberapa keterangan, disebutkan bahwa tidur memang menyita sepertiga masa hidup seseorang dan menyebabkannya lepas dari aktivitas yang lain. Alangkah meruginya kita jika waktu yang melimpah tersebut disia-siakan begitu saja.
            Maka dari itu, Al-Ghazali menekankan pentingnya beribadah dalam tidur, sehingga tidur hanya berfungsi me-refresh tubuh dan pikiran, tapi juga berfungsi ssebagai wirid yang menyegarkan keimanan. Fungsi ini bisa di aplikasikan apabila tidur dilakukan sesuai dengan adab dan tata krama yang baik. Di dalam kitab “Ihya’-Ulumuddin”, Al-Ghazali menyebutkan sepuluh tatakrama yang harus dipenuhi agar tidur menjadi ibadah.
            Pertama, Thaharah dan bersiwak. Bersuci dapat menjadikan hal biasa menjadi luar biasa. Rosulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba tidur dalam keadaan suci, maka ruhnya akan dimi’rajkan ke Arasy, segingga mimpinya pasti benar. Dan apabila tidur dalam keadaan tidak suci, maka ruhnya tidak bisa mencapai Arasy, dan mimpinya hanya akan menjadi bunga tidur.
            Kedua, meletakkan siwak dan air untuk bersuci di tempat yang mudah dijangkau ketika sudah bangun. Kemudian berniat melaksanakan ibadah sebangun tidur. Ketika sudah bangun dari tidurnya, hendaknya langsung bersiwak (menggosok gigi). Diriwayatkan bahwa “Rasulullah SAW setiap malam bersiwak berulangkali. Beliau bersiwak setiap kali hendak bangun tidur.
            Ketiga, menulis wasiat. Menjenlang tidur hendaknya seseorang menuliskan wasiat dan meletakkan tulisannya disamping kepalanya. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi  atas terjadinya kematian yang mendadak. Sebab, tidur adalah kematia sementara.
            Keempat, bertaubat. Tidak berniat mendzolimi orang islam dan tidak ada keinginan bermaksiat ketika sudah bangun.
            Kelima, tidak menyediakan alas tidur yang nyaman dan empuk. Sebagian Salaf as-Shaleh tidak suka menyediakan alas tidur dan menganggapnya sebagai suatu yang terlalu berlebih-lebihan. Bahkan, Ahlussuffah selalu tidur tanpa alas di atas tanah. Mereka meyakini tidur tanpa alas sangat cocok dengan prinsip tawadlu’ dan membuat hati lebih lembut.
            Keenam, tidak tidur kalau tidak mengantuk. Oleh karenanya, tidak perlu memaksakan diri untuk tidur kecuali untuk saat malam. Para sahabat R.A baru tidur kalau mereka merasa sangat mengantuk, makan jika merasa lapar, dan berbicara jika sangat diperlukan.
            Ketujuh, menghadap kiblat. Menghadap kiblat ada 2 model, tergantung posisi saat tidur. Jika sedang terlentang, maka yang dihadapkan ke kiblat adalah wajah dan dua telapak kaki. Apabila tidur miring, maka yang dihadapkan ke kiblat adalah wajah dan bagian depan tubuh.
            Kedelapan, berdo’a. Orang yang hendak tidur disunnahkan membaca Takbir 33 kali, Tasbih 33 kali, Tahmid 33 kali, serta membaca do’a sebelum tidur. Juga disunnahkan membaca ayat kursi, ayat 163-164 dan akhir ayat dari surat al-Baqarah. Lalu meniup kedua telapak tangan dan mengusapnya ke wajah dan seluruh badan.
            Kesembilan, ingat bahwa tidur sama dengan mati, bangun tidur sama dengan Ba’ats. Sebab, perumpamaan tidur antara hidup dan mati seperti barzakh antara dunia dan akhirat. Ka’ab al-Akhbar berkata “Apabila hendak tidur, tidurlah di atas lambung kanan dan hadapkan wajahmu ke kiblat, karena tidur adalah kematian.”
            Kesepuluh, berdo’a ketika bangun tidur. Orang yang bangun tidur disunnahkan membaca do’a berikut:
لا إله الا الله الواحد القهار رب السموات والأرض وما بينهما العزيز الغفار
Dan ketika beranjak dari tempat tidur disunnahkan membaca :
الحمد لله الذي أحينا بعد ما اماتنا واليه النشور
Amalan Sebelum Tidur
Berkaitan dengan persiapan menjelang tidur, Rasulullah pernah berwasiat kepada istrinya, Aisyah. “Wahai Aisyah, janganlah engkau tidur sebelum engkau melakukan empat hal : mengkhatamkan Al-Qur’an, memperoleh syafaat dari para Nabi, membuat hati para kaum Mukminin dan Mukminat senang dan Ridha kepadamu, dan melakukan Haji dan Umroh.”
Aisyah bertanya, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku melakukan semua itu sebelum tidur?” Rasulullah SAW menjawab, “sebelum tidur, bacalah Qul huwa Allah Ahad (surat Al-Ikhlas) tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkatamkan Al-Qur’an.
Rasulullah melanjutkan sabdanya, “Kemudian agar engkau mendapat syafaat dariku dan para Nabi sebelumku bacalah sholawat”.
“sebelum tidur, hendaknya kamu juga melakukan Haji dan Umroh.” “Bagaimana caranya?” tanya Aisyah lagi. Rasulullah bersabda, “barang siapa yang membaca Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaaha illa Allah wa Allahu Akbar, maka dia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umroh”
Niat dan ikhtiar dengan melakukan persiapan bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Akhirnya, semoga kita bisa mengamalkannya, sehingga tidur kita menjadi bagian dari pengabdian diri kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar