Sabtu, 15 Juni 2013

Metode Qowaid & Tarjamah


A.      Metode Qawaid dan Tarjamah
1.       Pengertian Metode Qawaid dan Tarjamah
Metode ini merupakan  gabungan dari  metode Gramatika dan metode Terjemah. Dalam  metode ini adalah mempelajari bahasa asing  yang  menekankan qawaid atau kaidah-kaidah bahasa untuk mencapai  keterampilan  membaca, menulis, dan  menterjaemah. Metode dapat dibilang edial dari  pada salah  satu  atau  keduanya dari metode ini (gramatika dan terjemah), terlebih dahulu diajarkan dan kemudian pelajaran menerjemah dan pelaksanaannya pun sejalan.[1]


Metode terjemah adalah sebuah metode yang di dalamnya menerjemahkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran bersamaan dengan penerapan aturan-aturan tata bahasa. Metode ini menfokuskan pada kegiatan menerjemahkan bacaan dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa, dan sebaliknya.

Metode qowaid adalah metode yang menekankan pada penghafalan aturan gramatika dan sejumlah kata tertentu yang kemudian dirangkai menurut tata bahasa yang berlaku. Metode ini mulai kurang efektif dengan adanya penemuan-penemuan seperti mesin percetakan.
Metode qowaid-terjemah ini merujuk pada masa Rennaisance (abad 16) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa mengharuskan para siswa atau mahasiswanya mempelajari bahasa Latin karena dianggap “nilai pendidikan yang tinggi” yg berguna untuk mempelajari teks-teks klasik, dan juga karena “disiplin batin” yang dilatih melalui analisis logis bahasanya, dan penghafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola kalimat yang rumit, serta kaidah dan pola dalam latihan terjemah.[2]
2.      Latar Belakang Metode Qawaid dan Tarjamah
Lahirnya metode qawaid dan terjemah dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan mempelajari dan mengajarkan bahasa asing. Metode ini digunakan untuk mengajarkan bahasa yang memiliki peradaban masa lampau. Selain itu, metode ini bermuara pada zaman kebangkitan di Eropa ada masa kebangkitan tersebut bahasa Yunani dan bahasa Latin digunakan untuk mentransfer warisan kemanusiaan ke dunia Barat yang ditulis dalam berbagai macam bahasa.[3]

Metode gramatika dan tarjemah ( thariqoh al qawaid wa al-tarjamah / grammar translation method) sering dijuluki sering dijuluki dengan metode tradisional. Sepintas julukan ini mengandung kesan “ metode kolot “. Boleh jadi demikian, sebab metode ini memang sudah tua. Akan tetapi bukan masalah tuanya, yang penting dan menarik adalah, bahwa metode kaidah-terjemah sudah melekat kuat di masyarakat Eropa selama berabad-abad dalam mengerjakan bahasa-bahasa asing, sebut saja Yunani kuno dan latin.

Sejak itu banyak sekolah / universitas yang mengharuskan pelajar / mahasiswanya untuk mempelajari bahasa- bahasa ini karena dianggap memiliki “ nilai pendidikan tinggi “ dalam mempelajari naskah-naskah klasik. Selain itu karena ada nya “ disiplin batin “ yang dilatih analogis bahasa, penghapalan kaidah-kaidah bahasa dan pola-pola kalimat yang rumit, dan penerapan kaidah-kaidah dalam bahasa tarjamah. Maka dapat dikatakan bahwa metode ini sudah memberikan andil besar secara turun temurun dalam “ mencerdaskan kehidupan bangsa” khususnya dikawasan Eropa . Itulah makna jukulukan “ tradisional “ terhadap metode kaidah dan terjamah.[4]

3.      Konsep Dasar  Metode Qawaid dan Tarjamah
Asumsi  yang  mendasari metode gramatika dan tarjamah adalah suatu logika semesta (al-mathiq al-alami/ universal logic) yang menyatakan bahwa semua bahasa didunia dasarnya sama, dan tata bahasa adalah cabang dari logika. Untuk melihat titik kesamaan  itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang dipelajari, dan untuk melihat pokok pikiran yang terkandung oleh tulisan bahasa asing yang dipelajari, perlu diadakan kegiatan transformasi (terjemah ) kosa kata dan kalimat dalam bahasa pelajar sehari-hari. Jadi inti kegiatan belajar bahasa asing adalah menganalisa tata bahasa, menulis kalimat, dan menghapalkan kosakata sebagai dasar transformasinya kedalam bahasa yang digunakan sehari-hari.[5]

Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, yaitu teori tata bahasa tradisional dan structural. Keduanya memiliki pandangan yang saling berserbangan dalam hal tata bahasa. Nababan mengatakan bahwa teori tradisional menekan kan adanya suatu tata bahasa yang semesta (al - qawaid al-alamiyah/ universal grammer), sedangkan teori structural memandang bahwa struktur bahasa-bahasa di dunia tidak sama. Teori tradisional melihat bahasa secara preskiftif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa, bukan yang digunakan oleh penutur asli yang dilapangan. Berbeda dengan teori tradisional, teori structural melihat bahasa secara deskriptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli lapangan.

Metode gramatika dan terjamah melihat bahasa secara preskriftif, dengan demikian kebenaran bahasa berpedoman pada petunjuk tertulis, yaitu aturan-aturan gramatikal yang ditulis oleh ahli bahasa, bahkan menurut ukuran guru.

Ba’labaka menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah hapalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu terjemahnya kedalam bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap kemampuan berbicara sangat kecil. Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan melatih para pelajar akan pandai berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami bahasa secara logis yang disandarkan kepada analisa, cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa. Tujuan metode ini menurut Al-Naqah adalah agar para pelajar pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide dengan menterjamahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan menterjamahkannya kedalam bahasa sehari-hari atau sebalinya.

Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode gramatika dan tarjamah :
1.         Kemampuan menguasai kaidah tata bahasa.
2.         Kemampuan menerjamahkan.
Dua kemampuan ini adalah modal dasar untuk menstranfer ide atau pikiran kedalam tulisan dalam bahasa asing (mengarang) dan modal dasar untuk memahami idea tau pikiran yang dikandung tulisan dalam bahasa asing yang dipelajari (membaca pemahaman).

Dari konsep dasar tersebut dapat di kemukakan beberapa karakteristik metode gramatika dan terjemah yaitu :
a.         Ada kegiatan disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak penghapalan dan memahami fakta-fakta.
b.         Ada penekanan pada kegiatan membaca, mengarang dan terjemah. Sedangkan kegiatan menyimak dan berbicara kurang diperhatikan.
c.         Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai. kosakata ini diajarkan melalui daftar-daftar dwibahasa studi kampus dan penghapalan.
d.        Unit yang mendasar ialah kalimat, anak perhatian lebih banyak dicurahkan kepada kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan oleh aktivitas terjamahan kalimat-kalimat terpisah.
e.         Tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan penyajian kaidah-kaidah bahasa seperti dalam bahasa latin yang dianggap semesta (al-alamiyyah/ iniversal). Ini kemudian dilatih lewat terjemahan-terjemahan.
f.          Bahasa pelajar sehari-hari (bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bagan pengantar.[6]

4.      Kelemahan dan Kelebihan Metode Qawaid dan Tarjamah
Kelemahan dalam  metode Qawaid dan Terjemah
1.         Pengajarannya hanya dapat menyusun/ membimbing  siswa terampil  berbahasa  pasif  dan  tidak  aktif
2.         Metode ini banyak  mengajarkan  tentang  bahasanya  bukan kemahiran  berbahasa
3.         Terjemahan  harfiyah  sering  mengacaukan  makna  kalimat dalam  konteks  luas.
4.         Pelajar  hanya  mempelajarai  satu  ragam  bahasa.
5.          Para  pelajar  menghafalkan  kaidah  bahasa  yang  disajikan  secara  perskriftif.
6.         Anilisis tatabahasa munkin baik bagi mereka yang merancang, tapi tidak menutup kemungkinan dapat membingungkan siswa karena rumitnya anilisis itu.
7.         Metode ini banyak mengabaikan dalam kemahiran kalam.
8.         Banyak menggunakan bahasa ibu.
9.         Lebih banyak mementingkan pengajaran ilmu tentang bahasa arab, bukan bahasa sendiri.[7]

Kelebihan dalam metode Qawaid dan Terjemah
1.      Pelajar mengusai, dalam arti hafal di luar kepala kaedah bahasa target.
2.      Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan mampu menerjemahkannya.
3.      Para pelajar hafal kosa kata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap pertemuan.
4.      Metode ini memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat dan menghafal.
5.      Siswa mahir dalam membaca, menulis, dan menerjemah.
6.      Metode ini tidak menuntut siswa untuk aktif berbahasa arab.
7.      Metode ini mudah dilaksanakan.
8.      Dapat meningkatkan wawasan siswa.[8]

5.      Aplikasi Metode Qawaid dan Tarjamah
Untuk mengaplikasikan metode gramatika dan tarjamah dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Arab, kita perlu melihat konsepdasar metode ini sebagaimana dijelaskan di atas agar tidak keluar dari karakteristik metode ini. Contoh penerapan metode yang mungkin dilakukan oleh guru bahasa Arab adalah sebagai berikut :
1.      Guru memulai mendengarkan sederetan kalimat yang panjang yang telah dibebankan pada peserta didik untuk menghafalkan pada kesempatan sebelumnya dan telah dijelaskan juga tentang makna-makna dari kalimat itu.
2.      Guru memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya kedalam bahasa ibu sebagapi persiapan materi pengajaran.
3.      Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku bacaan dengan suara kuat, teruatama menyangkut hal-hal yang biasanya peserta didik mengalami kesalahan dan kesulitan, dan tugas guru kemudian membenarkan.
4.      Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga seluruh peserta didik memndapat giliran.
5.      Setelah itu, siswa yang dianggap paling bisa untuk menterjemahkan, kemudian selanjutnya diarahkan pada pemahaman struktur gramatikannya.[9]



[1] Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Humaniora, Bandung, 2004, h. 100
[2] Prof. Dr. Aziz Fachrurrazi, M.A dan Ertha Mahyudin, Lc,. S.S., M.Pd.I, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional dan Kontemporer, (Jakarta: Bania Publishing, 2010). Hal. 39
[3] Abdul Aziz bin Ibrahim el-Hushaili, Metode Pengajaran  Bahasa Arab, hlm. 14.
[4] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). Hal. 170
[5] Ibid, Hal 170
[6] Ibid, 171
[7] Anisatul Mufarakah, Strategi Belajar Mengajar, teras, Yogyakarta, 2009, h. 16
[8] Ibid, 15
[9] Ibid, hal. 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar