Rabu, 01 Mei 2013

FILSAFAT ZAMAN MODERN



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FILSAFAT MODERN
Pada abad ke-13 di Eropa sudah muncul sistem yang boleh disebut merupakan keseluruhan.Sistem ini di ajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.Dalam abad ke-14 timbullah aliran yang dapat dinamai pendahuluan filsafat modern.

Yang menjadi dasar aliran baru ini adalah kesadaran atas yang individual, dan yang kongkrit. Aliran ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1.      RASIONALISME
2.      EMPIRISME
3.      KRITISME
2.2 RASIONALISME
            Merumuskan karakter filsafat baru yang munculdalam sebuah zaman yang sama sekali baru bukan soal yang gampang. Diperlukan juga jarak waktu untuk menyadarinya.
            Faktor berbagai keraguan setelah muncul dan berkembangnya filsafat patristik dan skolastik di abad pertengahan, membuat Deskratos salah satu tokoh utama dalam berdirinya filsafat modern (Rasionalisme) untuk mencapai suatu kepastian atau ide penerangan yaitu “kepastian yang terdapat pada kesadaran inilah yang dipakai untuk menjadi pangkal pikiran dan filsafatnya”.dan dasar inilah Deskrates menyatakan bahwa “Hanya rasio atau pemikiran sajalah yang membawa orang pada kebenaran, Rasio pulalah yang dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran”.[1]
            Adapun tokoh-tokoh di zaman ini antara lain
1.      Rene Descartes (1596-1650)
Tokoh ini yang pertama kali mengungkapkan rasio sehingga pimpinan pada kebenaran.Dia lahir pada tanggal 31 maret 1596 di La Haye Touraine. Pada tahun 1604, dia masuk kolese yesut college royl di La Fleche untuk belajar studi ilmu alam dan filsafat skolastik yang kemudian pada tahun 1613 mempelajari tahun 1 hukum di Poiters, lalu dia ke Paris tahun 1615 untuk belajar studi matematika. Tahun 1917 dia melakukan dinas militer di Bayern-Jerman, lalu ke sursi-polandia dan Italia pada tahun 1621. kemudian tahun 1625 tinggal di Paris untuk sementara, kemudian pada tahun 1529  berimigrasi dan menyepi ke Belanda. Tahun 1637 dia menerbitkan buku Discours de la Methode.Tahun 1641 terbit Meditationes de prima Philosophia. Tahun 1644 terbit Principia Philoshophiae, dan Tahun 1650 meninggal di kota Stockholm.
Filsafat descrates juga mewariskan problem mendasar Cogito menguraikan bahwa pikiran atau kesadaran melukiskan kenyataan di luar kesadaran itu
2.      Baruchde Spinoza (1632-1677)
            Dia dilahirkan di Amsterdam pada tanggal 24 November 1632. Dan pada tahun 1662, dia mulai menulis Ethica, lalu dia pindah ke Voorburg dekat den Haag. Kemudian pada tahun 1677 dia mati dan buku Tractatus dan Eticha terbit anumerta.
            Pandangan Spinoza mengikuti plato yaitu mengikuti 3 taraf pengetahuan, yaitu:
-Taraf moderawi/imajinasi
-Tarafrefleksi yang mengarah pada prinsip-prinsip
-Taraf anshursi, hanya taraf kedua dan ketigayang di anggapnya sejati.

            Spinoza menganut aliran Rasionalisme membedakan ide menjadi 2 yaitu: Intrinsik, (memiliki sifat memadai) dan Ekstrinsik (kurang memadai).
3.      Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716)
Gottfried si pencacah Realitas.Dia lahir di Leipzig pada tanggal 1 juli 1646.Pada tahun 1661 dia mempelajari studi ilmu hukum da filsafat di Universitas Leipzig. Lamu ia merancang kalkulator (tanggal 8 Mei 1682 menghitung jumlah gerigi yang pas untuk mesin hitung itu). Kemudian pada tahun 1686 dia menerbitkan hukum Discours de metaphysique, dan di mulai menjadi pustakawan di Wolfenbuettel.Dan dia menerbitkan kembali karyanya yakni La Monadologie, pada tahun 1714.Pada tahun 1716 dia meninggal di Hannover.
Gottfried Wilhelm von Leibniz, mengatakanide kesempurnaan, maka adanya Alloh terbukti. Bukti ini di sebut bukti otnologis.Dan dia berpendapat bahwa adanya alam semesta dan ketidak lengkapannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta. Leibniz juga berpendapat bahwa adanya keselarasan di antara monad-monad membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain.[2]
4.      Blaise Pascal (1623-1662)
Dia dilahirkan pada tanggal 19 juni 1623 di Clermont-Ferrand Prancis. Kemudian ia mulai merancang mesin hitung atau kalkulator pada tanggal 1641. Dan dia menemukan “Hukum Pascal” dalam fisika pada tahun 1647.Dan terbitlah buku Provinciales pada tahun 1656.Lalu pada tanggal 19 Agustus 1662 dia mati di Prancis.Dan buku Pensee Sur La Religion di terbitkan secara anumerta.
Blaise Pascal, berpendapat bahwa “Hati memiliki alasan-alasan yang tidak dimengerti rasio”. Dengan pernyataan itu, sebenarnya pascal tidak ingin mempertentangkan rasio dengan hati, sebab yang di maksud dengan ‘hati’ di sini bukanlah emosi belaka.Hati disini adalah unsur pemahaman yang dapat menangkap prinsip-prinsip pertama kenyataan secara berlainan dari rasio. Terkadang pascal menyejajarkan ‘Hati’ dengan ‘Kehendak’ yang berkaitan dengan ‘Kepercayaan’, tetapi kadang–kadang dia juga melukiskannya sebagai kemampuan untuk  mengetahui. Menurutmya, kita tidak hanya mengetahui kebenaran dengan rasio.“Iman”, demikian pascal, “adalah penasihat yang lebih baik dari pada akal.Akal mempunyai batas, tapi iman tidak.
2.2 EMPIRISME
            Sementara itu ilmu terus maju, hasil penyelidikannya dapat mendorong manusia.anggapan orang terhadap filsafat sangat berkurang, sebab di anggap sesuatu yang beguna untuk hidup.
            Adapun tokoh-tokoh pada zaman ini antara lain:
1.      Thomas Hobbes: Pengutuk Anarki (1588-1679)
Thomas lahir pada tanggal 5 April 1588 di Malmesbury/Westport.Studi di oxford, dan pada tahun 1607 dia meraih gelar BA (Baccalaureus Artium). Dan dia berhasil menerjemahkan karya Thukydides, dan menerbitkan Elementa Philoshophiea: De Corpore pada tahun 1655. Pada tahun 1658 dia menerbitkan De Homine.Dan pada tahun 1642 dia menerbitkan kembali karyanya De Cive.Kemudian  melanjutkan studi ilmu alam dan sastra pada tahun 1660. Dan meninggal di Hardwick tahun 1679.
Berdasarkan pengandaian  bahwa filsafat harus Rigorus, Hobbes hanya mengesahkan 4 bidang dalam filsafat. Yang pertama adalah Geometri, yaitu refleksi atas benda-benda dalam ruang.Yang kedua adalah Fisika, yaitu refleksi atas hubungan timbal balik benda-benda dan gerak mereka.Yang ketiga adalah Etika, yang dewasa ini kita sebut Psikologi, yaitu refleksi atas hasrat-hasrat dan perasaan-perasaan manusia dan gerak-gerak mentalnya.Yang terakhir adalah Politik, yaitu refleksi atas institusi-institusi sosial.Hobbes kemudian menganggap ke empat bidang ini saling berkaitan dalam filsafat.Kehidupan politik, misalnya, dianggap berhubungan dengan kehidupan mental yang pada gilirannya berkaitan dengan kehidupan fisik manusia.masyarakat dan manusia, menurutnya, bisa di kembalikan pada gerak dan materi dalam Fisika.
2.      John locke: Juru Bicara Liberalisme (1632-1704)
Dia lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington/Somerset, dan dia bekerja di Oxford, dan diangkat dosen Retorika pada tahun 1662, kemudian pada tahun 1667 dia pindah ke London untuk mengabdi di Loard Earl of Shaftesbury. Dia menerbitkan Epistola de Tolerantia, dan An Essay Concerning Human Understanding pada tahun 1689. Dan dia menerbitkan kembali karyanya The second Treatise of Government pada tahun 1690. Dan John Locke meninggal di Oates/Essex pada tanggal 28 Oktober 1704.
Menurut Locke anggapan para filsuf rasionalis bahwa idea-idea tentang kenyataan itu sudah kita memiliki sejak lahir adalah anggapan yang tidak terbukti dalam kenyataan.Pikiran anak haus dianggap sebagai ‘tabula rasa’, yaitu kertas kosong. Baru dalam proses pengenalanya terhadap dunia luar, pengalaman memberi kesan-kesan dalam pikirannya. Dengan demikian kebenaran dan kenyataan dipersepsi subjekl melalui pengalaman dan bukan bersifat bawaan. Berdasarkan anggapan ini Locke berusaha menolak segala prinsip-prinsip logis, matematis, bahkan moral yang bersifat a priori,misalnya ajaran tentang dosa asal juga di tolaknya, karena menurutnya manusia memiliki kekuatan untuk berubah dan bukan budak dari keadaan-keadaan awalinya. Segala prinsip a priori dan universal itu harus dikembalikan kepada pengalaman dulu.Dapat dikatakan bahwa serangan Locke atas idea-idea bawaan berkaitan dengan pandangan Liberalnya tentang manusia dan masyarakat.
3.      George Berkeley (1685-1753)
Dia lahir pada tanggal 12 Maret 1685 di Disert Castle Irlandia, kemudian dia belajar filsafat dan teologi di Dublin pada tahun 1700, menerbitkan Essay toward a New Teory of Vision pada thun 1707, dan pada tahun 1710 kembali menerbitkan karyanya yang berjudul A Treatise Concerning the Principles of Human Knowladge. Dan menerbitkan Siris pada tahun 1744, dan akhirnya meniggal di Oxford 14 januari 1753.
Menurut Berkeley, suatu objek ada berarti objek itu dapat di persepsi oleh pikiran kita adalah omong kosong. Terkenal ucapan Berkeley: “Esse est Percipi” (being is being perceived). Arti lebih jauh dari ucapan ini adalah adanya dunia material sama sajadengan idea-idea kita sendiri. Jadi, sebetulnya dunia material di luar kesadaran itu, Subtansi material, tidak ada; yang ada adalah idea penangkapan persepsi kita. Karena itu, being “is being perceived” sama dengan “being isseeming”, atau “duniaku adalah duniaku”. Adanya sesuatu tak laindari kesan-kesan yang teramati oleh subjek.
4.      David Hume: Sang Skeptikus Radikal (1711-1776)
Lahir di Edinburgh pada tanggal 7 Mei 1711, kemudian pada tahun 1725 pindah dari study hukum ke filsafa, dan mulai menerbitkan karyanya pada tahin 1739 dengan judul A Treasite of Human Nature, kemudian Essays dan Political pada tahun 1741, kemudia menerbitkan Philosophical Essays concerning Human Understunding pada tahun 1748, dan akhirnya meninggal di Edinburgh pada tanggal 25 Agustus 1776.
Dalam filsafatnya ia merupakan empiris yang konsekwen. Ia menganalisa pengertian Subtansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan impression yang disebabkan hal di luar kita.Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanyadi sebabkan oleh pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebutyang menyebabkan kita mempunyai pengertian sesuatu yang tetap – Subtansi – itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian acapkalinya, sehingga kita menganggap mempunyai pengertian tentang suatu hal. Subtansi itu hanya anggapan, khayal, sebenarnya tak ada.
Begitu pula pengertian lainnya yang tetap dan umum semuanya tak ada halnya. Dengan amat tegas HUME hanya menerima persentuhan indra dengan hal luas, hanya itu saja, segala kesimpulan yang diadakan orang itu tak ada dasarnya sama sekali. Menurut HUME pengetahuan budi tak lagi dapat dipercaya, dari empirisme ia sebetulnya sampai kepada skepsis.[3]
2.4 KRITISME
            Pada Rasionalisme dan Empirisme ternyata lagi amat jelas pertentangan antar budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, manakah pengetahuan yang benar?Masing-masing minta kedaulatan, tetapi jika kedaulatan diberikan sepenuhnya, masing-masing juga mempunyai kesukaran.
            Seorang pada zaman modern yang amat masyhur serta cerdas budinya mencoba mengadakan penyesalan antara pertikaian ini, yaitu filsuf Jerman IMMANUEL KANT (1724-1804). Pada mulanya KANT mengikuti Rasionalisme, kemudian menurut katanya sendiri ia terjagakan oleh HUME (Empirisme) dari impiannya, rasionalisme. Tetapi sebaliknya Empirisme tidaklah diterimanya begitu saja, karena diketahuinya, bahwa Empirisme membawa keraguan-keaguan terhadap budi. KANT mengakui kebenaran ilmu, Ia mengakui bahwa budi dapat mencapai kebenaran.
            Kemudian KANT menulis buku Kritik der reinen Vernunft (Kritik Budi Murni), untuk diselidikinya KANT sendiri, bagaimana ada mungkin keharusan pengetahuan yang tidak berhubungan langsung dengan objeknya, tetapi pengetahuan yang membentangkan cara tahu itu.
            KANT membagi pengamatan menjadi 2:
a.       Pengetahuanindra, memerlukan unsur a priori yang dinamainya bentuk pengalaman yaitu waktu dan ruang.
b.      Pengetahuan Budi (KANT Kategori), ada 4 macam.
-          Kuantitas
-          Kualitas
-          Relasio
-          Modalitas
KANT memberi harga yang besar pada budi dan mengikuti rasionalisme. Sebaliknya ia mengakui benar keharusan pengalaman, Karena tanpa persentuhan dengan indra takkan ada pengetahuan. Akan tetapi pada semuanya itu harus dikatakan, bahwa semua pengetahuan terutama berpangkal pada subyek, pada budi. Tanpa bentuk a priori waktu dan ruang tak mungkin ada pengetahuan indra, demikianlah KANT, tanpa kategori tak mungkinlah ada pengetahuan budi. Kedua-duanya perlu dan harus, orang yang hendak tahu itu ibarat burung merpati, yang jika hendak terbang haruslah mempunyai sayap dan udara.[4]
2.5 KORELASI DENGAN STUDI ISLAM
            Renaisans tidak lahir secara kebetulan, tetapi ada pra kondisi yang mengawali terjadinya kelahiran tersebut. Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
1.      Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.
Hasil dari penerjemahan karya-karya Muslim berpengaruh terhadap kurikulum Eropa Barat secara revolusioner. Terutama di bidang matematika, kedokteran, astronomi, filologi, fisika, ilmu kimia, geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat. Transformasi tersebut menumbuhkan universitas-universitas Eropa abad keduabelas dan ketigabelas.
Hal itu telah menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktik kedokteran, memodifikasi doktrin-doktrin teologi, memprakarsai dunia baru dalam matematika, menghasilkan kontroversi baru dalam teologi dan filsafat.
2.      Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
3.      Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan College de France di Paris. Dalam universitas-universitas abad keduabelas dan abad ketigabelas, ilmu pengetahuan telah didasarkan hampir sepenuhnya pad tulisan-tulisan dari para penulis Muslim atau Yunani, sebagaimana diterjemahkan dari sumber-sumber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu pengetahuan Muslim Aristotelian tetap merupakan inti dari kurikulum  Universitas Paris hingga abad keenambelas. Tidak sampai pertengahan abad keenambelas dan datangnya Copernicus dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu kedokteran dan Vesalius dalam anatomi, ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah membuka jalan kepada konsep-konsep baru tentang manusia dan dunianya, sehingga menimbulkan keruntuhan periode abad pertengahan.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:
  1. Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis untuk  menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.
  2. Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
Arus pertama yang senantiasa berupaya menjauhkan agama dari filsafat, melahirkan berbagai aliran pemikiran yang pada akhirnya membesarkan paradigma materialistik dan atheistik. Adapun yang kedua, mereka inilah yang mempertahankan eksistensi agama dalam pemikiran filsafat Barat.
Oleh sebab itu, berbagai aliran pemikiran yang saat ini dihadapi oleh kaum Muslimin (terutama di Timur), banyak dimunculkan dari aliran-aliran filsafat Barat. Di antara aliran tersebut adalah: Empirisisme, positivisme dan materialisme yang banyak melahirkan pemikiran atheis.
Oleh sebab itu, jika kita sudah mensterilkan metode Barat dari warna Barat, maka hasil studi mereka tentang agama dan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Islam. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh beberapa orientalis yang objektif ketika mereka mengkaji Islam. Mereka dapat menghasilkan karya tentang Islam, padahal umat Islam sendiri belum mencapai kesana. Selain itu, tidak akan ada pertentangan lagi antara studi Islam hasil kajian orientalis dengan hasil umat Islam. Yang akan bermasalah adalah ketika hasil kajian orientalis didompleng oleh kepentingan Kristenisasi atau kolonialiasi. Oleh sebab itu, ketika di Barat berbicara tentang kebebasan, maka kita dapat menerapkan kebebasan Barat dengan ukuran al-Quran. Demikian pula ketika kita melihat isu-isu HAM, demokratisasi, pluralisasi dan lain sebagainya.
Jika hal ini berhasil kita lakukan, maka suatu saat kita tidak akan curiga dengan hasil kajian orientalis tentang Islam. Demikian pula para pendakwah pemikiran Barat tidak akan direpotkan oleh resistensi masyarakat Islam.


[1]Poedjawijatna,2002. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Jaya, hlm 100
[2] F.Budi Hardiman,2007. Filsafat Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm 57
[3]Poedjawijatna,2002. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Jaya, hlm 15-106

[4]Poedjawijatna,2002. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Jaya, hlm 107


Tidak ada komentar:

Posting Komentar