BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FILSAFAT MODERN
Pada abad ke-13 di
Eropa sudah muncul sistem yang boleh disebut merupakan keseluruhan.Sistem ini
di ajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.Dalam abad ke-14 timbullah
aliran yang dapat dinamai pendahuluan filsafat modern.
Yang menjadi dasar
aliran baru ini adalah kesadaran atas yang individual,
dan yang kongkrit. Aliran ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. RASIONALISME
2. EMPIRISME
3. KRITISME
2.2 RASIONALISME
Merumuskan
karakter filsafat baru yang munculdalam sebuah zaman yang sama sekali baru bukan soal
yang gampang. Diperlukan juga jarak waktu untuk menyadarinya.
Faktor
berbagai keraguan setelah muncul dan berkembangnya filsafat patristik dan skolastik di abad pertengahan, membuat
Deskratos salah satu tokoh utama dalam berdirinya filsafat modern
(Rasionalisme) untuk mencapai suatu kepastian atau ide penerangan yaitu
“kepastian yang terdapat pada kesadaran inilah yang dipakai untuk menjadi
pangkal pikiran dan filsafatnya”.dan dasar inilah Deskrates menyatakan bahwa
“Hanya rasio atau pemikiran sajalah yang membawa orang pada kebenaran, Rasio
pulalah yang dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran”.[1]
Adapun
tokoh-tokoh di zaman ini antara lain
1. Rene Descartes
(1596-1650)
Tokoh ini yang
pertama kali mengungkapkan rasio sehingga pimpinan pada kebenaran.Dia lahir
pada tanggal 31 maret 1596 di La Haye Touraine. Pada tahun 1604, dia masuk
kolese yesut college royl di La Fleche untuk belajar studi ilmu alam dan
filsafat skolastik yang kemudian pada tahun 1613 mempelajari tahun 1 hukum di
Poiters, lalu dia ke Paris tahun 1615 untuk belajar studi matematika. Tahun
1917 dia melakukan dinas militer di Bayern-Jerman, lalu ke sursi-polandia dan
Italia pada tahun 1621. kemudian tahun 1625 tinggal di Paris untuk sementara,
kemudian pada tahun 1529 berimigrasi dan
menyepi ke Belanda. Tahun 1637 dia menerbitkan buku Discours de la
Methode.Tahun 1641 terbit Meditationes de prima Philosophia. Tahun 1644 terbit
Principia Philoshophiae, dan Tahun 1650 meninggal di kota Stockholm.
Filsafat descrates
juga mewariskan problem mendasar Cogito menguraikan bahwa pikiran atau
kesadaran melukiskan kenyataan di luar kesadaran itu
2. Baruchde Spinoza
(1632-1677)
Dia dilahirkan di Amsterdam pada
tanggal 24 November 1632. Dan pada tahun 1662, dia mulai menulis Ethica, lalu
dia pindah ke Voorburg dekat den Haag. Kemudian pada tahun 1677 dia mati dan
buku Tractatus dan Eticha terbit anumerta.
Pandangan Spinoza mengikuti plato
yaitu mengikuti 3 taraf pengetahuan, yaitu:
-Taraf
moderawi/imajinasi
-Tarafrefleksi
yang mengarah pada prinsip-prinsip
-Taraf
anshursi, hanya taraf kedua dan ketigayang di anggapnya sejati.
Spinoza menganut aliran Rasionalisme
membedakan ide menjadi 2 yaitu: Intrinsik, (memiliki sifat memadai) dan Ekstrinsik (kurang memadai).
3. Gottfried Wilhelm
von Leibniz (1646-1716)
Gottfried si
pencacah Realitas.Dia lahir di Leipzig pada tanggal 1 juli 1646.Pada tahun 1661
dia mempelajari studi ilmu hukum da filsafat di Universitas Leipzig. Lamu ia
merancang kalkulator (tanggal 8 Mei 1682 menghitung jumlah gerigi yang pas
untuk mesin hitung itu). Kemudian pada tahun 1686 dia menerbitkan hukum
Discours de metaphysique, dan di mulai menjadi pustakawan di Wolfenbuettel.Dan
dia menerbitkan kembali karyanya yakni La Monadologie, pada tahun 1714.Pada
tahun 1716 dia meninggal di Hannover.
Gottfried Wilhelm
von Leibniz, mengatakanide kesempurnaan, maka adanya Alloh terbukti. Bukti ini
di sebut bukti otnologis.Dan dia berpendapat bahwa adanya alam semesta dan
ketidak lengkapannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta.
Leibniz juga berpendapat bahwa adanya keselarasan di antara monad-monad
membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain.[2]
4. Blaise Pascal
(1623-1662)
Dia dilahirkan pada
tanggal 19 juni 1623 di Clermont-Ferrand Prancis. Kemudian ia mulai merancang
mesin hitung atau kalkulator pada tanggal 1641. Dan dia menemukan “Hukum
Pascal” dalam fisika pada tahun 1647.Dan terbitlah buku Provinciales pada tahun
1656.Lalu pada tanggal 19 Agustus 1662 dia mati di Prancis.Dan buku Pensee Sur
La Religion di terbitkan secara anumerta.
Blaise Pascal,
berpendapat bahwa “Hati memiliki alasan-alasan yang tidak dimengerti rasio”.
Dengan pernyataan itu, sebenarnya pascal tidak ingin mempertentangkan rasio
dengan hati, sebab yang di maksud dengan ‘hati’ di sini bukanlah emosi
belaka.Hati disini adalah unsur pemahaman yang dapat menangkap prinsip-prinsip
pertama kenyataan secara berlainan dari rasio. Terkadang pascal menyejajarkan
‘Hati’ dengan ‘Kehendak’ yang berkaitan dengan ‘Kepercayaan’, tetapi kadang–kadang
dia juga melukiskannya sebagai kemampuan untuk
mengetahui. Menurutmya, kita tidak hanya mengetahui kebenaran dengan
rasio.“Iman”, demikian pascal, “adalah penasihat yang lebih baik dari pada
akal.Akal mempunyai batas, tapi iman tidak.
2.2 EMPIRISME
Sementara itu ilmu terus maju, hasil
penyelidikannya dapat mendorong manusia.anggapan orang terhadap filsafat sangat
berkurang, sebab di anggap sesuatu yang beguna untuk hidup.
Adapun
tokoh-tokoh pada zaman ini antara lain:
1. Thomas Hobbes: Pengutuk Anarki (1588-1679)
Thomas lahir pada
tanggal 5 April 1588 di Malmesbury/Westport.Studi di oxford, dan pada tahun 1607
dia meraih gelar BA (Baccalaureus Artium). Dan dia berhasil menerjemahkan karya
Thukydides, dan menerbitkan Elementa Philoshophiea: De Corpore pada tahun 1655.
Pada tahun 1658 dia menerbitkan De Homine.Dan pada tahun 1642 dia menerbitkan
kembali karyanya De Cive.Kemudian
melanjutkan studi ilmu alam dan sastra pada tahun 1660. Dan meninggal di
Hardwick tahun 1679.
Berdasarkan
pengandaian bahwa filsafat harus
Rigorus, Hobbes hanya mengesahkan 4 bidang dalam filsafat. Yang pertama adalah
Geometri, yaitu refleksi atas benda-benda dalam ruang.Yang kedua adalah Fisika,
yaitu refleksi atas hubungan timbal balik benda-benda dan gerak mereka.Yang ketiga
adalah Etika, yang dewasa ini kita sebut Psikologi, yaitu refleksi atas
hasrat-hasrat dan perasaan-perasaan manusia dan gerak-gerak mentalnya.Yang
terakhir adalah Politik, yaitu refleksi atas institusi-institusi sosial.Hobbes
kemudian menganggap ke empat bidang ini saling berkaitan dalam
filsafat.Kehidupan politik, misalnya, dianggap berhubungan dengan kehidupan
mental yang pada gilirannya berkaitan dengan kehidupan fisik manusia.masyarakat
dan manusia, menurutnya, bisa di kembalikan pada gerak dan materi dalam Fisika.
2. John locke: Juru Bicara Liberalisme (1632-1704)
Dia lahir pada
tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington/Somerset, dan dia bekerja di Oxford, dan
diangkat dosen Retorika pada tahun 1662, kemudian pada tahun 1667 dia pindah ke
London untuk mengabdi di Loard Earl of Shaftesbury. Dia menerbitkan Epistola de
Tolerantia, dan An Essay Concerning Human Understanding pada tahun 1689. Dan
dia menerbitkan kembali karyanya The second Treatise of Government pada tahun
1690. Dan John Locke meninggal di Oates/Essex pada tanggal 28 Oktober 1704.
Menurut Locke
anggapan para filsuf rasionalis bahwa idea-idea tentang kenyataan itu sudah
kita memiliki sejak lahir adalah anggapan yang tidak terbukti dalam kenyataan.Pikiran
anak haus dianggap sebagai ‘tabula rasa’, yaitu kertas kosong. Baru dalam
proses pengenalanya terhadap dunia luar, pengalaman memberi kesan-kesan dalam
pikirannya. Dengan demikian kebenaran dan kenyataan dipersepsi subjekl melalui
pengalaman dan bukan bersifat bawaan. Berdasarkan anggapan ini Locke berusaha
menolak segala prinsip-prinsip logis, matematis, bahkan moral yang bersifat a
priori,misalnya ajaran tentang dosa asal juga di tolaknya,
karena menurutnya manusia memiliki kekuatan untuk berubah dan bukan budak dari
keadaan-keadaan awalinya. Segala prinsip a priori dan universal itu harus
dikembalikan kepada pengalaman dulu.Dapat dikatakan bahwa serangan Locke atas
idea-idea bawaan berkaitan dengan pandangan Liberalnya tentang manusia dan
masyarakat.
3. George Berkeley (1685-1753)
Dia lahir pada
tanggal 12 Maret 1685 di Disert Castle Irlandia, kemudian dia belajar filsafat
dan teologi di Dublin pada tahun 1700, menerbitkan Essay toward a New Teory of
Vision pada thun 1707, dan pada tahun 1710 kembali menerbitkan karyanya yang
berjudul A Treatise Concerning the Principles of Human Knowladge. Dan
menerbitkan Siris pada tahun 1744, dan akhirnya meniggal di Oxford 14 januari
1753.
Menurut Berkeley,
suatu objek ada berarti objek itu dapat di persepsi oleh pikiran kita adalah
omong kosong. Terkenal ucapan Berkeley: “Esse est Percipi” (being is
being perceived). Arti lebih jauh dari ucapan ini adalah adanya dunia material
sama sajadengan idea-idea kita sendiri. Jadi, sebetulnya dunia material di luar
kesadaran itu, Subtansi material, tidak ada; yang ada adalah idea penangkapan
persepsi kita. Karena itu, being “is being perceived” sama dengan “being
isseeming”, atau “duniaku adalah duniaku”. Adanya sesuatu tak laindari
kesan-kesan yang teramati oleh subjek.
4. David Hume: Sang Skeptikus Radikal (1711-1776)
Lahir di Edinburgh pada tanggal 7 Mei 1711,
kemudian pada tahun 1725 pindah dari study hukum ke filsafa, dan mulai
menerbitkan karyanya pada tahin 1739 dengan judul A Treasite of Human Nature,
kemudian Essays dan Political pada tahun 1741, kemudia menerbitkan
Philosophical Essays concerning Human Understunding pada tahun 1748, dan
akhirnya meninggal di Edinburgh pada tanggal 25 Agustus 1776.
Dalam filsafatnya ia merupakan empiris yang konsekwen. Ia
menganalisa pengertian Subtansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah
pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan
impression yang disebabkan hal di luar kita.Apa saja yang merupakan pengetahuan
itu hanyadi sebabkan oleh pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita
itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebutyang menyebabkan kita
mempunyai pengertian sesuatu yang tetap – Subtansi – itu tidak lain dari
perulangan pengalaman yang demikian acapkalinya, sehingga kita menganggap
mempunyai pengertian tentang suatu hal. Subtansi itu hanya anggapan, khayal,
sebenarnya tak ada.
Begitu pula pengertian lainnya yang tetap dan umum semuanya
tak ada halnya. Dengan amat tegas HUME hanya menerima persentuhan indra dengan
hal luas, hanya itu saja, segala kesimpulan yang diadakan orang itu tak ada dasarnya
sama sekali. Menurut HUME
pengetahuan budi tak lagi dapat dipercaya, dari empirisme ia sebetulnya sampai
kepada skepsis.[3]
2.4 KRITISME
Pada
Rasionalisme dan Empirisme ternyata lagi amat jelas pertentangan antar budi dan
pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, manakah pengetahuan
yang benar?Masing-masing minta kedaulatan, tetapi jika kedaulatan diberikan
sepenuhnya, masing-masing juga mempunyai kesukaran.
Seorang
pada zaman modern yang amat masyhur serta cerdas budinya mencoba mengadakan
penyesalan antara pertikaian ini, yaitu filsuf Jerman IMMANUEL KANT
(1724-1804). Pada mulanya KANT mengikuti Rasionalisme, kemudian menurut katanya
sendiri ia terjagakan oleh HUME (Empirisme) dari impiannya, rasionalisme.
Tetapi sebaliknya Empirisme tidaklah diterimanya begitu saja, karena
diketahuinya, bahwa Empirisme membawa keraguan-keaguan terhadap budi. KANT
mengakui kebenaran ilmu, Ia mengakui bahwa budi dapat mencapai kebenaran.
Kemudian
KANT menulis buku Kritik der reinen Vernunft (Kritik Budi Murni), untuk
diselidikinya KANT sendiri, bagaimana ada mungkin keharusan pengetahuan yang
tidak berhubungan langsung dengan objeknya, tetapi pengetahuan yang
membentangkan cara tahu itu.
KANT
membagi pengamatan menjadi 2:
a. Pengetahuanindra, memerlukan unsur a priori yang
dinamainya bentuk pengalaman yaitu waktu dan ruang.
b. Pengetahuan Budi (KANT Kategori), ada 4 macam.
-
Kuantitas
-
Kualitas
-
Relasio
-
Modalitas
KANT memberi harga yang besar pada budi dan
mengikuti rasionalisme. Sebaliknya ia mengakui benar keharusan pengalaman,
Karena tanpa persentuhan dengan indra takkan ada pengetahuan. Akan tetapi pada
semuanya itu harus dikatakan, bahwa semua pengetahuan terutama berpangkal pada
subyek, pada budi. Tanpa bentuk a priori waktu dan ruang tak mungkin ada
pengetahuan indra, demikianlah KANT, tanpa kategori tak mungkinlah ada
pengetahuan budi. Kedua-duanya perlu dan harus, orang yang hendak tahu itu
ibarat burung merpati, yang jika hendak terbang haruslah mempunyai sayap dan
udara.[4]
2.5 KORELASI DENGAN STUDI ISLAM
Renaisans
tidak lahir secara kebetulan, tetapi ada pra kondisi yang mengawali terjadinya
kelahiran tersebut. Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting
yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
1. Implikasi
yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat.
Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam
bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah
terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan.
Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah
turas klasik Yunani.
Hasil
dari penerjemahan karya-karya Muslim berpengaruh terhadap kurikulum Eropa Barat
secara revolusioner. Terutama di bidang matematika, kedokteran, astronomi,
filologi, fisika, ilmu kimia, geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat.
Transformasi tersebut menumbuhkan universitas-universitas Eropa abad keduabelas
dan ketigabelas.
Hal
itu telah menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktik kedokteran,
memodifikasi doktrin-doktrin teologi, memprakarsai dunia baru dalam matematika,
menghasilkan kontroversi baru dalam teologi dan filsafat.
2. Pasca
penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan
sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut
menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara
bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa
teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
3.
Pendirian berbagai lembaga
ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan
College de France di Paris. Dalam universitas-universitas abad keduabelas dan
abad ketigabelas, ilmu pengetahuan telah didasarkan hampir sepenuhnya pad
tulisan-tulisan dari para penulis Muslim atau Yunani, sebagaimana diterjemahkan
dari sumber-sumber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu pengetahuan Muslim Aristotelian
tetap merupakan inti dari kurikulum Universitas Paris hingga abad
keenambelas. Tidak sampai pertengahan abad keenambelas dan datangnya Copernicus
dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu kedokteran dan Vesalius dalam anatomi,
ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah membuka jalan kepada konsep-konsep
baru tentang manusia dan dunianya, sehingga menimbulkan keruntuhan periode abad
pertengahan.
Selain itu, ada beberapa
faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal Mustansyir,
yaitu:
- Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.
- Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
Arus pertama yang senantiasa
berupaya menjauhkan agama dari filsafat, melahirkan berbagai aliran pemikiran
yang pada akhirnya membesarkan paradigma materialistik dan atheistik. Adapun
yang kedua, mereka inilah yang mempertahankan eksistensi agama dalam pemikiran
filsafat Barat.
Oleh
sebab itu, berbagai aliran pemikiran yang saat ini dihadapi oleh kaum Muslimin
(terutama di Timur), banyak dimunculkan dari aliran-aliran filsafat Barat. Di
antara aliran tersebut adalah: Empirisisme, positivisme dan materialisme yang
banyak melahirkan pemikiran atheis.
Oleh sebab itu, jika kita
sudah mensterilkan metode Barat dari warna Barat, maka hasil studi mereka
tentang agama dan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya
khazanah Islam. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh beberapa
orientalis yang objektif ketika mereka mengkaji Islam. Mereka dapat
menghasilkan karya tentang Islam, padahal umat Islam sendiri belum mencapai
kesana. Selain itu, tidak akan ada pertentangan lagi antara studi Islam hasil
kajian orientalis dengan hasil umat Islam. Yang akan bermasalah adalah ketika
hasil kajian orientalis didompleng oleh kepentingan Kristenisasi atau
kolonialiasi. Oleh sebab itu, ketika di Barat berbicara tentang kebebasan, maka
kita dapat menerapkan kebebasan Barat dengan ukuran al-Quran. Demikian pula
ketika kita melihat isu-isu HAM, demokratisasi, pluralisasi dan lain
sebagainya.
Jika hal ini berhasil kita lakukan, maka suatu saat kita
tidak akan curiga dengan hasil kajian orientalis tentang Islam. Demikian pula
para pendakwah pemikiran Barat tidak akan direpotkan oleh resistensi masyarakat
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar