Selasa, 31 Januari 2017

Ibadahnya Baik, Namun Masih Saja Munafiq



Bu Jamali
(Santri kelas malam ‘Gayatri Trem’ - Yayasan Rahmatul Anwar)

Assalamualaikum ustadzah.... saya ingin bertanya.
Bagaimana bila seseorang yang sholat dluhanya Rajin, namun masih MUNAFIQ, dan dia selalu berfikir akan selalu diampuni oleh ALLAH SWT?

Jawab:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi....
Masya Allah, semoga kita termasuk Hamba Allah yang Tawwabin.
Baik bu jamali, mengenai pertanyaan ini. berfikir diampuni oleh Allah, itu adalah Husnudzzon padaNya, Allah memang Maha Ghoffar, Maha pengampun. namun janganlah kita berfikir atau menyepelehkan dosa-dosa yang kita perbuat sebab yakin bahwa Allah akan ampuni segala dosa-dosa kita. Masya Allah. Pertanyaan ini akan saya jawab dengan ajakan kepada kita sekalian untuk
berkaca dan bermuhasabah. Pada dasarnya Manusia memiliki tingkat iman yang berbeda-beda. Terdapat 6 kategori keimanan manusia. Lalu, termasuk dari kategori atau tingkatan keberapakah iman kita ini? 

1.       Yang pertama, manusia yang menjauhi kesyirikan, dia percaya akan adanya Allah dan mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun dia masih saja melakukan Dosa-dosa besar, seperti Meninggalkan sholat, Durhaka kepada orang tua, membunuh, berzinah dll. Bisa dikatakan bahwa manusia semacam ini adalah seseorang yang beragama ISLAM KTP. Namun kelakuannya masih saja kafir. Dia berfikir yang penting dia beragama Islam tanpa tahu apa makna dari Iman dan Islam itu sendiri. Lalu bagaimana dengan sholatnya? Dia hanya sholat satu tahun dua kali, sholat idul fitri dan idul adha. Astaghfirullahal adzim... 
2.       Yang kedua, dosa-dosa besar telah dia tinggalkan, namun masih saja meremehkan dosa-dosa kecil. Iman manusia semacam ini bisa dikatakan masih lemah. Dia memiliki niatan untuk melaksanakan amal sholih, misalkan: memasang alarm agar dia bangun malam dan sholat tahajjud, namun niat baiknya ini terhalang oleh dosa-dosanya. Ketika alarm berbunyi dia bangun hanya sekedar untuk mematikan alarm tersebut, dan kembali tidur. Astaghfirullahal adzim. Sholat 5 waktunya pun masih banyak yang terlewat, tidak ia kerjakan. 
3.       Di kategori yang ke -3 ini, manusia melakukan ibadah yang wajib saja; sholat 5 waktu, puasa di bulan romadlon, keluarkan zakat. Dia lakukan amalan-amalan wajib ini karna takut akan api neraka. Iman pada level ini masih bisa dikatakan rendah, sebab dia lakukan perintah Allah yang diwajibkan padanya semata-mata hanya takut dia dimasukkan ke dalam neraka. Imannya sebatas ucapan saja, tanpa mengetahui dan memahami dalil-dalilnya. Sholat 5 waktu dia kerjakan, namun masih sering terlambat. Sholat-sholat sunnah dia tinggalkan karena baginya tidak terlalu penting, kalaupun dia kerjakan itu hanya pada saat bulan Romadhon saja. Yang awalnya tidak pernah membaca al-Qur’an, ketika dia jumpai bulan Romadhon dia baca al-Qur’an. Setelah 1 atau 2 minggu berlalu al-Qur’an kembali dia tinggalkan. Na’udzubillah 
4.       Dalam tingkatan ke-4, manusia melakukan seluruh amalan, baik itu wajib maupun sunnah. Namun dia kerjakan semua amalan-amalan ini karna ketidak tulusan imannya, mengapa? Ya, karna dia lakukan semua amalan baik dengan niat ingin mendapatkan surga Allah. Dia beribadah semata-mata untuk dapatkan pahala dan Surga Allah. Sholat 5 waktu tidak pernah terlewat, namun masih saja sulit untuk berada dalam tingkat khusyu’, masih saja terganggu dengan hal-hal berbau duniawi, sebagai contoh: ketika fulan sedang dalam Ruku’nya, tiba-tiba ponsel berbunyi, dia bingung akankah dia batalkan sholatnya atau dia lanjutkan saja?, dan ketika dia kembali mencoba untuk focus pada sholatnya dia terlupa, berapa roka’at yang telah dia kerjakan. Atau mungkin, ketika si fulan mendengar adzan sholat isya’ dari masjid, dia merasa malas untuk beranjak dari depan TV. Subhanallah. Sholat-sholat sunnah pun jarang dikerjakan, al-Qur’an pun jarang dia baca. Enggan datang ke majlis ilmu. 
5.       Yang ke-lima, melakukan seluruh amalan ibadah wajib maupun sunnah, karena semata-mata Iman kepada Allah. Dia beribadah hanya untuk mengharap keRidhoan Allah SWT. Subhanallah. Sholat lima waktu dia kerjakan, namun masih belum mampu khusyu’. Sholat sunnah rajin dia kerjakan, namun terkadang masih terlewat. Misalkan; sholat malam dia kerjakan semampunya, jika dia terbangun maka dia kerjakan. Al-Qur’an pun seringkali dia baca, hanya saja dia tidak memiliki target untuk mengkhatamkannya. 
6.       Level keimanan tertinggi, adalah manusia yang melakukan sluruh Amalan baik wajib maupun sunnah. Semata-mata karena cinta kepada Allah. Cinta bisa menjadikan manusia yang buruk menjadi baik, jika kita mencintai Allah SWT, maka kita pasti akan kerjakan semua yang diperintahkan olehNya juga menjauhi apa yang dilarang olehNya. Hidupnya dia abdikan untuk Allah dan Agamanya, begitu mencintai akhirat dan menjadikan dunia bukanlah hal yang penting baginya. Dia syukuri semua ni’mat yang Allah berikan kepadanya, selalu bersabar saat ditimpa ujian, selalu berbaik sangka.

Itulah sekilas gambaran-gambaran, atau contoh sederhana tingkat keimanan manusia. Bagaimana dengan kita? di level berapakan keimanan kita saat ini? Bila saja kita masih dalam tingkatan yang rendah, pantaskah kita mencela, mengkritik, bahkan mempertanyakan keimanan orang lain? Tingkat keimanan manusia ini bisa saja bertambah, bisa juga berkurang. Semoga kita termasuk manusia yang senantiasa memperbaiki diri.
Bila saja kita berjumpa dengan seseorang yang sholat sunnahnya istiqomah, namun ucapannya masih saja munafik, masih saja sering ingkar. Lalu pantaskah kita mengkritiknya? Boleh saja kita mengingatkannya, namun tidak untuk mengkritiknya. Mungkin saja amalan sholih orang tersebut masih lebih banyak dibanding kita, atau bahkan mungkin saja kita sama munafiqnya dengannya? Na’udzubillahi min dzalik.
Lalu bagaimana dengan sholatnya? Diterimakah oleh Allah? Saudariku, kita tidak pantas menghakiminya. Biarlah Allah yang Maha Bijaksana yang memutuskan diterima atau tidaknya Sholat Hamba-hambaNya.
-Wallahu a’lam bis showab-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar