PEMBAHASAN
A. Pengertian metode pembelajaran kitabah
Menulis merupakan aktifitas yang tidak bisa
terpisahkan dalam kehidupan kita, menulis merupkan kegiatan untuk menuangkan expresi hati dengan bebas sesuai dengan
apa yang difikirkan. Dengan menuangkan
ungkapan yang tertulis diharapkan para pembaca dapat mengerti apa yang ingin
penulis ungkapkan
maka dari itu diperlukan metode dalam pembelajaran kitabah, yang dimaksud
dengan metode pembelajaran kitabah Adalah keterampilan menuangkan simbol simbol
yang tertulis dan terorganisir menurut sistem tertentu.
B. Komponen kitabah dalam bahasa Arab
Mengandalkan
kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Namun dalam penggunaan
bahasa sehari-hari berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih
tinggi daripada menulis. Selain frekuensinya yang tinggi berbicara pada umumnya
dilakukan secara spontan, tanpa banyak kesempatan untuk memperhatikan kaidah
penggunaan bahasa secara semestinya. Oleh karna itu, sekurang-kurangnya ada
tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis ini, yaitu:
1.
Penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf,
ejaan, fragmatik dan sebagainnya.
2.
Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.
3.
Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan. Yaitu bagaimana merangkai isi tulisan
dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang
diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah dan sebagainnya.[1]
Pada dasarnya, menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa
kata. Ketrampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan,
melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan studi
itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun
dan merangkai jalan fikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas,
lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada fikiran, organisasi,
pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.[2]
Untuk memperoleh hasil yang efektif dari pelaksanaan pembelajaran menulis,
maka perlu di ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi
tiga hal, yaitu :
1.
Dikte (Al-Imla’), meliputi:
a.
Imlak menyalin (manqul)
Yang dimaksud menyalin di sini adalah memindahkan
tulisan dari media tertentu dalam buku pelajar. Imlak ini juga lazim disebut
imlak mansukh, sebab dilakukan dengan cara menyalin tulisan. Imlak ini cocok
diberikan kepada pemula.
b.
Imlak mengamati (manzhur)
Yang dimaksud mengamati disini adalah melihat
tulisan dalam media tertentu dengan cermat, setelah itu dipindahkan ke dalam
buku pelajar tanpa melihat lagi tulisan. Pelajar dalam hal ini sedapat mungkin
harus menyalin lebih tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan dengan imlak
manqul. Maka dalam prakteknya akan lebih cocok diberikan kepada pemula yang
sudah lebih maju.
c.
Imlak menyimak (istima’i)
Yang dimaksud menyimak disini adalah mendengarkan
kata-kata/ kalimat/ teks yang dibacakan, lalu menulisnnya. Imlak ini sedikit
lebih sukar dibandingkan dengan imlak manzhur, karena para pelajar dituntut
untuk menulis kalimat/teks tanpa melihat contoh tulisan dari guru, melainkan
mengandalkan hasil kecermatan mereka dalam mendengarkan bacaan guru. Maka tentu
saja lebih cocok diberikan kepada pemula yang sudah pandai dalam imlak manzhur.
d.
Imlak tes (ikhtibari)
Sesuai dengan sebutannya, tes, imlak ikhtibari bertujuan
untuk mengukur kemampuan dan kemajuan para pelajar dalam imlak yang telah
mereka pelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Maka kemampuan yang diukur
mencakup unsur-unsur kemampuan dasar seperti yang dijelaskan di atas.[3]
2. Menulis
indah (al-khath)
a. Khat
kufi
b. Khat
naskhi
c. Khat
tsulutsi
d. Khat
faritsi
e. Khat
diwani
f.
Khat diwani jali
g. Khat
ijazah
h. Khat
riq’i[4]
3. Mengarang (Al-Ta’bir wa
al-Insya’)
a. Al-Ta’bir
al-Basit (karangan sederhana)
b. Al-Ta’bir
al-Muwajjah (karangan terstruktur)
C. Prinsip-prinsip pembelajaran kitabah
Diantara prinsip-prinsip pembelajaran
keterampilan menulis adalah:
a. Tema dan ketentuan lainnya harus jelas.
b. Tema dianjurkan berasal dari kehidupan nyata atau pengalaman langsung dari
peserta didik.
c. Pengajaran insya’ harus dikaitkan
dengan qawaid dan muthala’ah karena
insya’ adalah media yang tepat untuk mengimplementasikan qawaid yang idenya
diperoleh dari muthala’ah.
d. Pekerjaan siswa harus dikoreksi, jika tidak, maka peserta didik tidak
mengetahui kesalahannya dan dia akan tetap melakukan kesalahan, sebaiknya
diurutkan berdasarkan kepentingannya dan hendaknya dibahas dalam pelajaran
khusus Radliyah dkk, 2005: 81).
Selain prinsip-prinsip di atas, menurut Ahmad Izzan (2009: 156) ada tiga
hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan keterampilan menulis,
yaitu bagaimana membentuk alfabet, mengeja dan menyatakan pikiran perasaan
melalui tulisan yang lazim disebut dengan mengarang (al-insya’ at-tahriry)
Kemahiran menulis alfabet Arab berlainan dengan sistem tulisan huruf latin.
Huruf latin berbentuk tulisan tangan yang dapat disambung dengan huruf
berikutnya, sedangkan huruf Arab sebagian bisa disambungkan dengan huruf
berikutnya sedangkan sebagian lainnya tidak dapat disambung.
Mengeja alfabet Arab juga berlainan dengan ejaan huruf latin.
Latihan-latihan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan
kemahiran ejaan mencakup lisan dan tulisan yaitu melalui dikte (imla).
Dikte adalah cara mengatakan atau membacakan sesuatu dengan sangat keras supaya
dapat ditulis oleh orang lain.
Kemahiran mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan di
tingkat pemula dapat diwujudkan melalui teknik mengarang terbimbing yang secara
berangsur-angsur harus terus dikembangkan menjadi teknik mengarang bebas.
Misalnya, mengubah kalimat aktif menjadi pasif, positif menjadi negatif, berita
menjadi tanya, kalimat dengan fi’il madhi diubah menjadi kalimat dengan fi’il
mudhari’ yang biasa disebut dengan transformasi.[6]
D. Contoh metode pembelajaran kitabah
Dalam
pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dilandasi oleh pemikiran bahwa
aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah bahasa
digunakan secara terpisah, aspek demi aspek. Pembelajaran terpadu
adalah pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak berinteraksi dengan
lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Di
kelas-kelas yang lebih tinggi (4-6 sekolah dasar) atau jenjang SMP dan SMA,
pembelajaran aspek-aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) diberikan secara terpadu.
Misalnya:
a. Menyimak dan Menulis
Guru membacakan atau
memperdengarkan rekaman sebuah drama atau sebuah cerpen. Siswa menyimak berapa
kali drama/cerpen itu dibaca/diperdengarkan, bergantung pada tingkat kesukaran
drama/cerpen tersebut. Setelah selesai, siswa diberi waktu untuk menanyakan
hal-hal yang tidak mereka mengerti. Sesudah itu mereka diminta menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru tentang drama/cerpen itu, atau siswa diminta
menuliskan isi drama/cerpen secara ringkas dengan kalimat mereka sendiri.
Dapat
juga siswa diminta mendengarkan radio atau televisi pada acara tertentu, dan
diminta membuat laporan hasil simakannya secara tertulis. Dalam hal ini guru
harus jeli, memiliki acara-acara yang mernungkinkan dilaksanakannya tugas
tersebut oleh siswa. Dengan cara-cara di atas, guru memadukan pembelajaran
menyimak dan menulis. Cara yang lain masih cukup banyak.
b. Membaca dan Menulis
Contoh:
Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk membaca cerita atau tulisan-tulisan yang lain di luar kelas,
dan meminta kepada mereka untuk menuliskan ringkasan hasil bacaan
masing-masing. Setelah mereka menuliskan ringkasan tersebut, guru dapat meminta
kepada siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka, atau dapat juga sebelum
mereka mengumpulkan, beberapa siswa diberi giliran untuk membacakan atau
mengemukakan hasil pekerjaan masing-masing. Dengan cara-cara itu terjadi
pemaduan antara membaca, menulis, dan bercerita.
c. Menulis dan Bercerita
Contoh:
Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk membuat karangan di luar kelas. Pada jam yang telah
ditentukan, siswa menceritakan isi karangannya, sebelum karangan itu
dikumpulkan.
Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing beranggotakan tiga atau
empat orang. Tiap kelompok diberi tugas merencanakan dan menuliskan sebuah
adegan yang diperankan. Pada jam yang telah disepakati bersama, sebelum naskah
diserahkan kepada guru, tiap kelompok diminta memperagakan apa yang telah
mereka rencanakan dan mereka tulis.
E. Problematika pembelajaran kitabah dan ikhtiar solusinya
Terdpat 2 problem dalam pembelajaran kitabah,
yaitu problem linguistik dan non linguistik.
Adapun problem linguistiknya adalah:
1) Kesulitan menyalin tulisan guru yang ada di papan
tulis, karena tulisannya kurang jelas
2) kesulitan dalam menulis ttulisan-tulisan hijaiyah
dengan bentuk bermacam-macam; di awal, di tengah, dan di akhir kata jika tidak
ada model tulisan
3) kesulitan membedakan huruf-huruf yang bisa di sambung
dan yang tidak bisa di sambung, juga ketika tidak ada model tulisan,
4) kesulitan menulis ketika mengerjakan soal, karena
mereka tidak tahu bagaimana cara menulisnya.
Sedangkan problem non linguistiknya adalah:
1) Latar belakang peserta didik yang heterogen
2) kurangnya motivasi
3) kompetensi pedagogi guru tersebut yang masih kurang
4) keterbatasan fasilitas yang dimiliki
5) keadaan kelas yang kurang kondusif.
Adapun solusinya dari pihak guru adalah:
1) Guru
menumbuhkan motivasi siswa dengan cara guru selalu menjelaskan bahwa belajar
bahasa Arab atau kitabah itu penting bagi mereka
2) Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang sudah
selesai diajarkan
3) Untuk
meningkatkan kemampuan kitabah siswa, guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
kepada siswa
4) Mendorong
siswa agar tidak menganggap belajar bahasa Arab atau kitabah sebagai beban
5) Guru memberi
penjelasan secara mendalamm kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
bahasa Arab atau kitabah.
Sedangkan dari pihak madrasah adalah:
1) Menyediakan
fasilitas yang cukup untuk mencapai keberhasilan serta menunjang dan memudahkan
siswa serta guru dalam proses pembelajaran dengan cara pembuatan laboratorium
bahasa, agar siswa lebih semangat dalam belajar bahasa Arab
2) Menganjurkan
kepada guru Bahasa Arab untuk menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Arab atau kitabah.[7]
Maka oleh karena itu seorang siswa dilatih dari awal bagaimana cara
menulis bahasa arab yang paling dasar hingga ke kalimat yang bersambung.
Apabila sudah bisa menulis dengan baik kemudian diajarkan imla’nya juga secara
perlahan, maka lama kelamaan siswa tersebut akan terbiasa.
F.
Prosers pembelajaran kitabah
1. Menulis terkontrol
Diantara contohnya:
a.
Dikte (dictation), yaitu mendikte baris-baris sebuah wacana. Dan salah
satu cara terbaik adalah melakukan dikte dengan berpasang-pasangan atau
berkelompok. Dengan cara ini siswa bekerja sesuai dengan kecepatan mereka dan
mereka membetulkan sendiri kalimatnya. Sementara guru bias bebas memonitor
aktivitas mereka.
b.
Menyusun kalimat (sentence combine), siswa kelas dibditulis dalam
kalimat-kalimat pendek. Siswa menggabungkan kalimat-kalimat ini dengan
menggunakankata penghubung yang disajikan pada papan tulis, atau sekaligus
dalam lembar mereka.
c.
Menyimpulkan (reducing), siswa diminta menulis kembali sebuah wacana
dengan membuang semua kata atau fraseyang tidak perlu. Siswa hanya
dibolehkan membuat sedikit perubahan pada struktur kalimat asli. Aktivitas ini
sangat baikdilakukan secara berpasangan.
b. Menulis Terbimbing
Diantara contohnya:
a) Menggunakan
gambar (picture description), pada aktivitas ini kita bisa mengunakan
gambar yang diambil dari majalah atau menggambar sendiri pada sehelai kertas
atau transparansi. Subjek gambar biasanya seorang tokoh terkenal, pemandangan
lokasi sebuah peristiwa, bangunan terkenal. Salah satu cara memulai
aktivitas ini adalah meminta siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gambar
tersebut.Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dalam bentuk tulis secara
deskriptif.
b) Cerita
dengan gambar (picture sequence essay), di kelas diperlihatkan sejumlah
gambar antara empat sampai enam buah yang membentuk rangkaian cerita.
Gambar-gambar tersebut dapat juga diacak bila tujuan pengajarannya menghendaki
diskusi antar siswa. Siswa kemudian menulis sebuah cerita dengan bahasa
mereka sendiri berdasarkan gambar tersebut.
c) Membalas
surat (replying to letters), teknik ini meminta siswa untuk membuat stimulus.
Surat stimulus dibuat secara alamiah, tetapi mengandung sejumlah permintaan
informasi yang kemudian menjadi dasar pembentuk surat balasannya. Surat ini
ditulis dalam sehelai lembar kerja, karena surat ini terlalu banyak memuat
kata.
d) Merangkum (making
summary), guru membacakan sebuah wacana secara intensif dan meminta siswa
menulis ringkasannya.
e) Menggabungkan
(making connections), aktivitas ini masih berkaitan dengan menggabungkan
sejumlah kalimat, seperti yang dibahas sebelumnya. Kali ini siswa berurusan
dengan teks yang mirip esai, tetapi tersusun dari kalimat-kalimat pendek.
Dan tugas siswa adalah menghasilkan sebuah tulisan yang elegan dan padu,
dengan menggunakan kata-kata penghubung yang sesuai.[8]
[3] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 152-153
[4] Acep Hermawan, Metodologi, h. 153-160
[5] Acep Hermawan, Metodologi, h. 164
[6] Abd. Wahab
Rasyidi dan mamluatul ni’mah, memehami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: UIN
Maliki Press, 2011), h. 98-99
[8] Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek),
(Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 131-136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar